DONGGALA – Guru besar sejarah Universitas Tadulako (Untad), Prof. Dr. Juraid Abdul Latief, M.Hum menyatakan tidak setuju dan tidak merekomendasi bila dibangun sebuah universitas atau perguruan tinggi di Kota Donggala.
Sebab secara geografis, kata dia, Donggala sangat dekat dengan Kota Palu, sehingga ada kecenderungan para siswa lebih memilih untuk melanjutkan kuliah di Palu. Bahkan, kata dia, daerah yang dekat Donggala seperti Sulawesi Barat, sebagian hanya melewati Donggala dan memilih ke Palu.
Hal ini disampaikan Juraid dalam forum terbuka Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), Selasa (06/04), sekaligus menanggapi penyampaian seorang peserta forum, dengan alasan dulu Donggala dikenal sebagai kota pendidikan, kota budaya, kota sejarah, kota dagang dan lainnya.
“Justru yang harus dibangun di Donggala adalah pendidikan vokasi yang setara dengan diploma di bidang pariwisata, keperawatan, keterampilan yang siap pakai. Itu yang harus disiapkan termasuk SMK yang tamatannya khusus disiapkan sesuai kondisi lapangan,” jelas Juraid.
Menurutnya, Donggala yang memiliki banyak potensi perlu percepatan penanganan pembangunan agar tidak masuk kategori tertinggal. Lagi pula secara historis, Donggala sudah punya modal nama yang cukup dikenal sejak zaman dahulu dari berbagai sisi kehidupan, sehingga sekarang harus dibangkitkan lagi.
Forum PPKD yang dibuka Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Donggala, Dr. Rustam Efendi ini dihadiri beberapa OPD terkait urusan kebudayaan dan pihak kecamatan, tokoh masyarakat, budayawan, seniman, tokoh adat dan lainnya.
Rustam Efendi mengatakan, pihaknya akan memberikan perhatian khusus pada pemajuan kebudayaan daerah sesuai potensi yang ada.
Apalagi, kata dia, dengan pusaka yang ada memiliki banyak nilai yang perlu dilakukan penyelamatan sesuai regulasi yang dan bisa dijadikan bahan muatan lokal yang akan datang.
“Cuma memang saat ini kita baru melangkah dalam bentuk tahapan penyusunan dokumen PPKD yang sedang dirampungkan. Insya Allah adanya dokumen tersebut, Donggala yang kaya dengan nilai-nilai lokalistik ini bisa dilestarikan karena banyak memiliki relevansi dengan kondisi sekarang,” jelas Rustam.
Menurutnya, Donggala dengan keberagaman nilai budaya itu terdokumentasi dalam dokumen kebudayaan yang telah disesuaikan dengan RPJMD, sehingga bisa disesuaikan dalam pembiayaan APBD dengan harapan dapat mengangkat citra daerah dari sisi kebudayaan.
“Di antara yang telah disiapkan adalah festival tenun Donggala. Ini menjadi salah satu program prioritas mendapat perhatian pemerintah daerah untuk dilaksanakan akan datang, apalagi telah tercantum dalam dokumen pokok pikiran kebudayaan,” tutupnya.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay