Donggala Alami Kerugian Rp2,7 Triliun Akibat Bencana

oleh -
Bupati Kabupaten Donggala, Kasman Lasa

PALU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Donggala mengalami kerugian Rp2,7 triliun akibat bencana 28 September 2018 lalu. Besaran kerugian itu merupakan hasil pendataan kerusakan infrastruktur yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Bupati Donggala, Kasman Lassa di temui di Untad, pekan lalu mengatakan infrastruktur yang dimaksud yakni, jalan umun, gedung pemerintah dan rumah-rumah warga, yang masuk dalam status rusak berat, sedang dan ringan.
“Kami telah melakukan inventarisasi kerusakan infrastrukur yang mengalami kerusakan atas bencana lalu. Kemudian dilakukan perencanaan pengajuan untuk membiayai, ada sekolah yang kita rehabilitasi sesuai dengan tingkat kerusakannya. Ada yang kita bangun total karena rusak berat ada sekolah yang hanya cukup disentil saja karena rusak ringan,” katanya.
Menurutnya, permohonan itu diajukan setelah dilakukan audit oleh lembaga khusus.
Disampaikannya, selain menggunakan dana negara, Kabupaten Donggala juga mendapat bantuan dari pihak swasta.
“Dari sisi lain juga, ada donatur-donatur dari wilayah Jakarta yang mau membantu membangun. Seperti contoh misalnya ada SD 22 Lende, Kecamatan Sirenja dan SMPN Toaya, Kecamatan Sindue,” ujarnya.
Saat ini, Pemkab Donggala juga sedang melaksanakan tahapan pembangunan Hunian sementara (Huntara) yang akan dilaksanakan di 41 titik di 11 kecamatan. Lahan yang akan digunakan berstatus pinjaman dari masyarakat selama dua tahun.
“Kami masih tahapan pembangunan Huntara. Tahapan Hunian tetap (Huntap) belum dilakukan karena lokasi itu statusnya nanti akan dimiliki yang tidak bisa diganggu gugat lagi, sehingga perlu dibicarakan lagi,”jelasnya.
Korban jiwa khusus Donggala sebanyak 200 lebih, 22 diantaranya berstatus pegawai negeri. Sementara pengungsi sebanyak 222.174 jiwa dan kini terus menyusut menjadi 45 ribu lebih.
“Dari awalnya 222.174 jiwa, 10 hari setelah ditetapkan bencana darurat berkurang menjadi 193 ribu jiwa. Selanjutnya turun menjadi 78 ribu jiwa. Setelah ditetapkan tanggap transisi darurat berkurang lagi menjadi 51 ribu jiwa, setelah itu 10 hari berjalan transisi darurat, pengungsi menjadi 45 ribu jiwa lebih. Mudah-mudahan ini akan terus berkurang,” tandasnya. (YAMIN)

BACA JUGA :  Tolak Izin Perusahaan Tambang, Warga Desa Laroue Duduki Kantor Desa

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.