Dominic Earnshaw dan Dr. Lukman Jadi Guest Lecture di FAI Unisa

oleh -
Dominic Earnshaw dan Dr. Lukman, Guest Lecture di FAI Unisa. (FOTO: IWAN)

PALU- Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Alkhairaat (Unisa), mendapatkan kesempatan emas menghadirkan langsung Dominic Earnshaw, Regional Coordinator Humanitarian for Humanitarian Affairs at the International Committee of the Red Cross- ICRC pada kuliah tamu, Rabu (3/11).

Dominic yang belum terlalu fasih berbahasa Indonesia itu, tampil bersama Dr. Lukman S. Thahir, MA, Sekretaris Yayasan Alkhairaat Sis Aljufri. Jalannya kuliah tamu atau Guest Lecture itu dipandu langsung oleh Dekan Fakultas Agama Islam, Dr. Abdul Gafar Mallo.

Secara umum pria asal Jenewa Swiss itu, banyak mengulas peran ICRC disejumlah negara yang terlibat konflik perang. Dia mengatakan, Komite Internasional Palang Merah (ICRC), adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan independen, yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yakni melindungi kehidupan dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lainnya, dan memberi mereka bantuan.

Selain itu, kata Dominic, model kerja ICRC, bekerja secara pragmatis untuk menolong korban, menjaga kerahasian dan mendapatkan mandat dari masyarakat Internasional.

Sementara itu, Dr. Lukman S. Thahir mengulas Pemikiran Islam Wasathiyah Alkhairaat bagi generasi Milenial. Rektor Universitas Alkhairaat periode 2007-2011, mengatakan, pemahaman Islam Wasathiyah bagi dosen dan mahasiswa itu sangat penting, seperti yang telah diajarkan oleh pendiri Alkhairaat, Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua). Menurutnya, salah satu faktor penting terkait setting sosial munculnya gagasan Islam Wasathiyah adalah masaalah polarisasi pemikiran Islam di Indonesia.

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD), UIN Datokaramah Palu itu juga mengutip lima sikap berlebihan dalam beragama menurut Yusuf Alqardhawi.

“Sikap berlebihan dalam beragama itu adalah fanatik pada suatu pendapat dan tidak mengakui pendapat yang lain, sering mewajibkan sesuatu yang tidak pernah diwajibkan oleh Allah SWT, bersikap keras dan kasar, berburuk sangka, gampang menuduh dan mudah mengkafirkan orang lain,”jelasnya.

Dr. Lukman menegaskan, generasi milenial merupakan kelompok yang paling rentan terhadap penyusupan paham radikalisme dan terorisme, maka pengarusutamaan Islam Wasathiyah bagi mereka menjadi keniscayaan dan tanpa tawar menawar.

Rektor Universitas Alkhairaat, Dr. Umar Alatas dalam sambutannya mengatakan, konsep kemanusiaan dalam Islam begitu luhur, semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama.

“Kita semua adalah bersaudara, pembedanya terletak pada Iman dan Taqwanya.Yaaayyuhannas, innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsa, wajaalnaakum syuubaan waqabaaila litaarafuu, inna akramakum indallaahi atqaakum,”kata Rektor mengutip Firman Allah SWT.

Rektor mengatakan, Islam meletakkan dasar-dasar persamaan derajat dan hak asasi bagi setiap diri manusia. Dengan konsepsi itu, kata Rektor, tertolaklah segala pandangan yang berlawanan dengan peradaban manusia yang luhur. Sebagai wujud dari kemanusiaan yang luas, Islam mengajarkan agar tetap memelihara kelestarian kehidupan alam semesta

“Islam adalah agama yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, karena mengarahkan pemeluknya untuk saling tolong menolong (Ta’awun) dalam kebaikan. Dalam Islam perbedaan itu rahmat. Manusia terkadang ada yang berbuat adil terkadang pula yang berbuat zalim,”jelasnya.

Rekor menambahkan, Fenomena merajalelanya kekerasan dan pelanggaran hak-hak asasi manusia yang semakin luas dan tidak mengindahkan etika moral dan kemanusiaan pada akhir-akhir ini semakin bermunculan.

“Sikap perdamaian dan persaudaraan dalam menghargai hak-hak asasi manusia harus ditegakkan untuk mencapai persatuan dan kesatuan umat manusia. Sebab persatuan yang kuat akan menimbulkan kekuatan dan menghindari kehinaan dan kelemahan,”pungkasnya.

Reporter: IWAN LAKI
Editor: NANANG