PALU – Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banggai Laut (Balut), Hastia Piyama, mengunjungi Museum Sulawesi Tengah (Sulteng), Kamis (16/02). Kunjungan tersebut sebagai bagian dari rencana pendirian museum daerah di Balut.
Kepala Seksi (Kasi) Pelestarian dan Pengembangan, UPT Taman Budaya dan Museum Sulteng, Iksam, mengatakan, yang paling diperlukan dalam mendirikan museum rintisan adalah SK Bupati sebagai langkah awal.
Selain itu, kata dia, jika gedung museumnya sudah ada, maka dapat direncanakan penataan berdasarkan kondisi gedungnya.
“Kalau gedungnya belum ada, baru akan dibangun kita sudah pikirkan pencahayaan, termasuk jika mati lampu, agar ruangan tetap cukup cahaya. Sirkulasi udaranya juga diperhatikan, jalur evakuasi jika terjadi gempa, bahkan pengunjung yang disabilitas, kita perhatikan semua, itu kalau untuk bangunan baru. Tapi kalau untuk rintisan, kita sesuaikan dengan kondisi daerah gedungnya,” terangnya.
Lebih lanjut Iksam mengatakan, terkait koleksi museum, dapat dikategorikan berdasarkan periode, atau zaman, yang terdiri dari prasejarah, sejarah, Islam, kolonial, kemerdekaan, dan daur hidup.
“Ada tidak di situ tulang-tulang di goa, peti mati, itu masuk zaman prasejarah. Yang kedua zaman sejarah yang bisa dibagi lagi menjadi klasik (Hindu, Budha), walaupun misalnya orang Banggai tidak memeluk agama Hindu atau Budha, tapi budaya Hindu masuk di situ. Karena raja pertama itu dari Jawa, Adi Cokro, Cakra, itu senjatanya Wisnu, Dewa dalam Agama Hindu, Dan semua ada di Banggai,” imbuh Iksam.
Untuk benda koleksi di museum, Iksam menjelaskan ada dua kategori, benda budaya dan benda cagar budaya. Benda budaya itu termasuk yang baru dibikin, bahkan dalam kurun waktu satu minggu.
“Misalnya gelas bambu, anyaman dari bambu, keranjang, bois yang digunakan untuk perempuan Banggai ke kebun. Benda cagar budaya, misalnya gelas bambu itu pernah menjadi wadah minum raja. Keduanya bisa masuk dalam koleksi museum,” jelasnya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan, Disparbud Balut, Hastia Piyama, mengatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan benda-benda yang diduga cagar budaya yang berada di masyarakat.
“Tetapi kami belum mencatat benda yang termasuk benda budaya. Dari penjelasan Pak Iksam, bahwa ada banyak benda yang dapat dijadikan koleksi museum, jadi kami optimis pendirian museum daerah Balut bisa segera dilaksanakan. Karena hal tersebut merupakan bentuk realisasi visi misi bupati Balut,” ucap Hastia.
Sebagai bentuk tindak lanjut diskusi tersebut, Disparbud akan melapor kepada Bupati, Sofyan Kaepa, setibanya di Banggai Laut.
Reporter : Iker
Editor : Rifay