PALUI – Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah mencoba mengembangkan budidaya air tawar, dengan system’ terpal dengan metode bioflok. Hal ini mengingat, Sulteng memiliki keragaman biota ikan air tawar besar dan luas.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng Moh Arif Latjuba mengatakan, keragaman jenis biota yang hidup secara alami di danau, rawa dan sungai merupakan indikator, bahwa perairan umum ini dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan budi daya dan perikanan tangkap.
Menurutnya, danau, rawa dan sungai yang ada di Sulteng secara umum dihuni oleh biota air tawar antara lain, sidat jenis anguila marmorats dan anguila celebensis, mujair, tawes, lele, nila, Niken, mas, gabus, betik, sepat, julung-julung, bungu, ikan padi dan beberapa jenis krustacea, reptil dan moluska.
“Pengembangan budi daya kolam diarahkan pada komoditas ikan air tawar meliputi ikan mas, nila, lele,” sebutnya kepada MAL Online, Jumat (11/06).
Dia menyebutkan, Sulteng memiliki beberapa danau air tawar yang cukup besar, seperti Danau Poso 32.150 Ha, Danau Lindu 3,453 Ha, Danau Rano 150Ha, Tiu 525 Ha, Wanga 138 Ha, Danau Talaga 750 Ha. Selain itu masih terdapat potensi kolam air tawar sebesar 11.740 Ha serta rawa dan sungai 1.639.650 Ha.
Terbilang ikan sidat lebih cocok pada danau. Untuk glass eel ikan sidat tersebar di 9 lokasi di Sulteng. Meliputi Kab Poso, Toli- Toli, Morowali, Buol, Touna, Banggai, Palu, Donggala dan Parimo. Dengan potensi sebesar 2,222 kg pertahun atau 14.072,283 per individu.
Jika diasumsikan indeks moralitas pada segmen usaha 0.17-4 gram sebesar 30 persen, 5-10 gram sebesar 20 persen, dan 20-250 gram sebesar 10 persen, maka potensi glass ell dapat memenuhi bahan baku pabrik olahan sidat dengan kapasitas 1.647 ton pertahun
Sementara di perairan Sulteng jenis ikan Sidat terdapat lima species yaitu, angulia marmorats, bicolor pasifica, aborneersis dan interioris.
Reporter: Irma
Editor: Nanang