PALU – Mantan Direktur Operasional, Ramiyatie, resmi dilantik sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Bank Sulteng oleh Gubernur Rusdy Mastura, Rabu (07/02).
Pelantikan tersebut merupakan rangkaian dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Sulteng Tahun 2024.
Ramiyatie yang ditemui sejumlah awak media usai pelantikan, mengatakan, visi yang diusungnya selama menjabat direktur utama adalah membawa Bank Sulteng sebagai champion bank di daerah sendiri, khususnya di Sulawesi Tengah.
Ia mengingingkan Bank Sulteng bisa sama dengan bank-bank yang besar lainnya. Apalagi, kata dia, di tahun 2024 ini, Bank Sulteng ditantang untuk mencukupi modal inti sebesar Rp3 triliun.
“Tapi Alhamdulillah seperti yang diketahui bahwa kami telah bergabung dengan Mega Corpora yang juga merupakan bagian dari Bank Sulteng,” ujarnya.
Terkait market share, kata dia, saat ini untuk aparatur sipil negara (ASN) kurang lebih sebesar 30% se Sulteng. Ia berharap, pihaknya bisa mencapai 50% atau 70% untuk ASN.
“Biar bagaimanapun kan semua Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) ada dengan kita, tinggal satu yang belum yaitu Kota Palu. Padahal Kota Palu juga kan bagian dari pemegang saham,” ujarnya.
Nantinya, kata dia, dirinya akan sowan ke Wali Kota Palu, dengan harapan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Palu bisa memindahkan dananya ke Bank Sulteng,
“Memang ada dana-dana mereka yang kami kelola, tapi untuk pembayaran gaji masih belum ke kami,” ungkapnya.
Di sektor pertambangan, kata dia, pihanya juga memberikan kredit produktif pertambangan, namun nilainya terbatas.
“Jadi saya harus kerja keras agar bisa mencapai target-target yang telah disampaikan pada RUPS karena itu juga adalah permintaan dari semua pemegang saham agar Bank Sulteng bisa bersaing dengan bank-bank lainnya. Semoga saya bisa mengemban tugas ini dengan sebaik-baiknya agar bisa Bank Sulteng bisa setara dengan bank-bank yang lainnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi ke depan adalah layanan berbasis digitalisasi. Meski demikina, kata dia, layanan digitalisasi di Bank Sulteng juga bisa bersaing dengan bank lain.
“Mungkin itu yang harus kita kejar. Tapi dalam segi operasional kita sih sama semua. Aplikasi juga sama, yang beda itu cuma nama-namanya saja,” katanya.
Ia mengatakan, sejak dirinya bekerja di Bank Sulteng kurang lebih 30 tahun, tidak pernah terjadi kendala operasional yang mengalami offline, semua berjalan sesuai harapan.
“Yang aneh-aneh seperti kejahatan cyber seperti di bank-bank yang lain, juga tidak ada. Jadi memang berjalan normal, tidak ada yang gagal, semuanya baik-baik saja. Pada intinya bank sulteng itu sama dengan bank umum lainnya, enggak ada beda sebenarnya,” ujarnya.
Ramiyatie sendiri mengaku bersyukur bisa terpilih menjadi direktur utama dengan berbagai proses yang telah ia lewati.
Menurutnya, kurang lebih 30 tahun ia bergabung di Bank Sulteng hingga saat ini, semuanya melalui proses.
“Untuk menjadi direktur utama saat ini juga harus melalui proses fit and proper oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kalau tidak lulus, maka saya tidak akan bisa menjadi direktur utama, walaupun sudah disetujui oleh pemegang saham, karena memang itulah mekanisme yang harus kita lalui,” imbuhnya. RIFAY