PALU – Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Palu, Ilham Arsyad, membuka pertemuan koordinasi penguatan pencatatan dan pelaporan program imunisasi tingkat Puskesmas se-Kota Palu, di salah satu hotel, Kamis (01/12).
Ilham mengatakan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya kejadian luar biasa (KLB).
“Olehnya, untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, maka imunisasi perlu didukung dan upaya surveilans epidemologi,” jelasnya.
Dia mengatakan, setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan imunisasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin dan berkala serta berjenjang kepada Menteri Kesehatan melalui Dinkes Provinsi Sulteng dan Kota Palu.
“Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud meliputi cakupan imunisasi, kemudian dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Kota Palu saat ini berjumlah delapan anak, terdiri dari lima campak, dua rubella, dan satu pertusis. Dari jumlah tersebut, lima anak tidak mendapatkan informasi secara lengkap.
Sehingga, menurut Ilham, berdasarkan hasil monitoring Dinkes Kota Palu ke fasilitas pelayanan kesehatan, hal tersebut disebabkan lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan imunisasi sasaran per Posyandu sehingga menyebabkan masih ada beberapa sasaran yang tidak lengkap imunisasinya.
Lanjut dia, kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (ppi) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, serta hepatitis B.
“Beberapa penyakit saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (erapo), eliminasi campak dan rubela, serta eliminasi tetanus maternal dan neotanal (ETMN),” ujarnya.
Ketua panitia pelaksana, Nirnawita, menuturkan, kegiatan yang terintegrasi sangat penting agar nantinya memiliki rencana tindak lanjut dan inovasi apa yang akan dilakukan, sehingga pencatatan dan pelaporan serta cakupan imunisasi dapat dicapai.
Sejauh ini, kata dia, capaian imunisasi di Kota Palu sudah 98 persen atau sudah memenuhi target nasional.
“Namun kalau kita melihat capaian tersebut berdasarkan kelurahan, Puskesmas bahkan berdasarkan Posyandu, maka itu belum merata. Dengan kegiatan ini diharapkan capaian tersebut dapat merata,” tutupnya.
Reporter : Hamid
Editor : Rifay