POSO- Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah (Sulteng) mendorong Festival Tampolore sebagai agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) dalam pencanangan Sulteng Negeri 1000 megalith.

Inisiatif ini merupakan langkah yang baik dalam mempromosikan potensi pariwisata dan warisan budaya Sulteng.

Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah (Sulteng) Diah Agustianingsih, menjelaskan dalam upaya memajukan pariwisata di Sulteng, meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antara situs-situs wisata menjadi faktor penting.

“Dengan mendorong pencanangan negeri 1000 megalit, akan memungkinkan pengembangan konektivitas yang lebih baik antara wilayah-wilayah dan situs-situs wisata di Sulteng,” ucap Diah dalam Bincang sore ekonomi kreatif berbasis budaya, wisata dan lingkungan padaFestival Tampolore, Lembah Behoa, Desa Bariri, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sabtu (17/6).

Ia menyebutkan, penting untuk mempertimbangkan pembangunan infrastruktur dengan menjaga keselarasan dengan kondisi alam sekitar agar keaslian dan kelestarian alam tetap terjaga.

Selain itu, kerja sama dengan instansi terkait dan asosiasi-asosiasi travel perjalanan juga diperlukan untuk meningkatkan promosi dan penjualan paket wisata.

Dalam konteks ini, ucap dia, pelatihan pengelolaan homestay dan diversifikasi produk ekonomi kreatif serta kuliner tradisional sesuai standar, akan membantu masyarakat memperoleh manfaat yang lebih besar dari kedatangan wisatawan.

“Upaya-upaya ini secara keseluruhan akan membantu meningkatkan minat wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Sulteng, yang pada tahun 2022 sudah tercatat sebanyak 909 orang,” Qbebernya.

Dengan mengangkat warisan budaya dan menghadirkan atraksi dan pertunjukkan seni dalam festival Tampolore, sebut dia, Sulteng dapat menarik perhatian wisatawan mancanegara dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke daerah tersebut.

“Semoga upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Sulteng dapat berhasil dalam mempromosikan Sulteng Negeri 1000 megalit sebagai destinasi pariwisata yang menarik dan unik, “imbuhnya

Ketua Panitia Festival Tampolore, Mohamad Subarkah, menjelaskan bahwa festival ini merupakan festival kedua yang diadakan di lembah Behoa, Pekurehua, dan lembah Bada. Tahun ini, festival diselenggarakan di lembah Behoa, Kecamatan Lore Tengah, kabupaten Poso.

Ia menjelaskan,Tema festival tahun ini adalah “merajut tradisi melestarikan hutan untuk penghidupan berkelanjutan.” Pemilihan lokasi di lembah Bada dikarenakan lembah tersebut memiliki banyak situs megalit, seperti juga lembah Pekurehua dan lembah Bada.

“Panitia berupaya menjadikan kegiatan di lembah Behoa sebagai event yang diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi maupun pemerintah daerah, sehingga potensi kebudayaan, kesenian, dan kerajinan tangan berbasis sumber daya hutan seperti anyaman eha, rotan, kerajinan tangan, dan situs megalit dapat menjadi destinasi wilayah Kabupaten Poso,” paparnya.

Di Festival Tampolore, beberapa pertunjukan seperti tarian tradisional, musik bambu, dan kerajinan tangan berbasis sumber daya hutan ditampilkan untuk upaya melestarikan tradisi dan kebudayaan.

Potensi ini harus terus berlanjut, ujar dia, tidak hanya dilakukan oleh generasi usia lanjut, tetapi juga harus diwariskan kepada anak-anak untuk mempertahankan kearifan lokal dan tradisi adat. Hal ini dikarenakan kekhawatiran akan maraknya digitalisasi yang dapat membuat adat istiadat dan tradisi terlupakan.

“Harapan kami adalah dengan semakin majunya teknologi digitalisasi, adat dan tradisi tetap menjadi kuat di kalangan masyarakat,” tuturnya.

Oleh karena itu, kata dia, diharapkan pemerintah dapat lebih gencar dalam upaya pelestarian situs kebudayaan yang merupakan warisan arkeologi tertua di Sulawesi Tengah. Selain itu, literasi kepada masyarakat mengenai situs-situs tersebut, termasuk infrastruktur akses ke wilayah situs, juga perlu mendapat perhatian.

“Infrastruktur dan akses harus diperkuat sehingga event-event seperti festival Tampolore dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Saya berharap pemerintah menghargai dan mendorong upaya-upaya agar situs-situs megalit ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat,” pungkasnya.

Reporter: IKRAM/Editor: NANANG