PALU – Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perumahan dan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menyosialisasikan konsep rumah tahan gempa, Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha), di salah satu hotel di Kota Palu, Rabu (20/02).
Sosialisasi itu melibatkan para pemangku kepentingan di sejumlah daerah yang terdampak bencana alam, 28 September lalu.
Aplikator resmi pembangunan Risha dari PT Asrijes, Yulyul Fortune, mengatakan, tujuan sosialisasi itu adalah memberikan pemahaman kepada semua pemangku kepentingan tentang rumah berteknologi Risha.
“Salah satu spesifikasinya adalah tahan gempa. Yang disebut tahan gempa ini harus memiliki standar teknis tertentu, jadi tidak bisa semua rumah disebut tahan gempa,” ujarnya.
Menurutnya, Risha adalah konsep teknologi hasil temuan anak bangsa dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Kementerian PUPR, hampir 10 tahun lalu.
“Saya sebagai salah satu aplikator, berkewajiban menyampaikan bahwa ada teknologi yang begitu canggih hasil karya anak bangsa yang memang harus diterapkan di wilayah rawan gempa,” katanya.
Terkait dengan harga standar tipe 36 sebesar Rp50 juta, sebagaimana kemampuan kompensasi pemerintah kepada warga yang rumahnya mengalami rusak berat, menurutnya kemungkinan bisa dilakukan.
“Untuk sementara saya menyebutnya Insya Allah dengan pengalaman aplikasi yang sudah kita lakukan,” katanya.
Tapi, kata dia, saat ini masih terlalu dini membicarakan masalah standar harga. Yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah, salah satu konsep yang disajikan oleh Risha adalah sederhana dan murah.
“Tetapi sederhana dan murah itu tidak boleh sedikitpun mengurangi standar tahan gempa. Satu lagi, instan. Instan itu dalam artian, kita pernah melakukan percobaan, empat orang tukang dan dalam sepuluh hari tinggal terima kunci. Ini teknologi luar biasa, bahan utamanya beton K250,” ujarnya.
Dia menekankan, Risha adalah konsep yang kemudian bisa dikembangkan ke tipe di atasnya, bahkan bisa dibuat gudang.
“Mau luas berapa saja bisa, bertingkat saja bisa,” imbuhnya.
Sementara Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Sigi, Moh Basir Lainga, mengatakan, setelah gempa, banyak masyarakat bertanya-tanya model rumah yang akan dibangun.
“Ini sudah jawabannya. Tadi kita diskusi, mereka mampu buat tipe 36 dengan biaya Rp50 juta sesuai standar bantuan dari pemerintah,” katanya.
Nantinya, kata dia, pihaknya juga akan mendorong masyarakat yang ingin membangun rumah dengan dana sendiri untuk menerapkan konsep Risha.
“Karena itu tadi saya sampaikan supaya pihak Risha ini bisa bekerja sama dengan Pemda untuk melakukan pelatihan-pelatihan. Jadi ketika masyarakat ingin membangun, mereka bisa konsultasi,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Sulteng, Imam Al Ghazali, mengatakan, konsep Risha itu kemungkinan besar bisa diterapkan dalam model hunian tetap (huntap) bagi korban bencana yang akan dibangun nanti.
“Model ini sudah pernah dibangun di Petobo sekitar 12 unit, delapan 8 unit Risha dan Rika (Rumah Instan Kayu). Buktinya setelah terjadi gempa bumi kemarin, kami sudah lihat di sana Alhamdulillah tetap dalam keadaan kokoh,” tutupnya. (RIFAY)