DONGGALA – Kawasan Lembah Palu yang terdiri dari wilayah administrasi Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala menjadi wilayah yang rawan bencana alam.
Kondisi ini sangat memungkinkan diterapkannya pelajaran terkait kebencanaan yang terintegrasi dalam kurikulum di sekolah.
Karena itu, atas dukungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Palu dan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKA) Medan, belum lama ini menerbitkan sebuah panduan Pembelajaran Bencana Alam di Lembah Palu yang berisi edukasi, adaptasi dan mitigasi kearifan lokal.
Salah satu anggota tim penyusun pembelajaran, Arifuddin M. Arif, mengatakan, buku panduan itu untuk memberi pemahaman masyarakat secara luas tentang Lembah Kail atau Lembah Palu yang memiliki kearifan lokal mitigasi bencana alam.
Karena itu, kata dia, peristiwa gempa bumi, tsunami dan likuifaksi tahun 2018 lalu menjadi pelajaran untuk semua pihak agar ke depan dapat dilakukan mitigasi sedini mungkin.
“Terutama kalangan anak-anak mesti diberi bekal pengetahuan agar dapat melakukan deteksi bagaimana meminimalisir dampak dari bencana. Alhamdulilah, Pemeirntah Kota Palu melalui Dikbud dapat merespon gagasan untuk perlunya panduan mitigasi bencana bagi peserta didik,” tuturnya, Rabu (18/11).
Menurutnya, buku panduan tersebut disusun bersama tim dari kalangan arkeolog, pemerhati sejarah dan budaya dan kini sudah bisa digunakan para guru sekolah dasar dan SLTP.
Ia mengakui, panduan ini masih sebatas Kota Palu dan sebagian di Kabupaten Sigi, sehingga dalam waktu dekat program ini akan ditawarkan pula pada Pemerintah Kabupaten Donggala.
“Sebab secara geografis dan topografis saat bencana alam gempa bumi tahun 2019 lalu, Donggala termasuk terdampak parah tertama di wilayah pesisir,” ungkapnya.
Panduan mitigasi bencana alam yang ditawarkan tersebut terintegrasi dengan kurikulum 2013 yang saat ini dipakai di sekolah. Para guru dan siswa dapat memahami berbagai peristiwa bencana yang pernah terjadi di wilayah Palu, Sigi dan Donggala melalui istilah dan suatu lokasi permukiman.
“Pengenalan dari kontes sosial itu sangat perlu diketahui sedini mungkin sebagai pengetahuan lokal dari zaman dahulu yang terkait peristiwa bencana. Dalam panduan yang kami susun itu memiliki nilai edukasi untuk perlindungan anak,” jelas Arifuddin.
Tawaran tersebut mendapat respon dari Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Donggala, Rosmawati, dengan harapan ke depan bisa diintegrasikan pada mata pelajaran di sekolah dalam wilayah Donggala.
“Cuma saja dalam penganggaran tahun ini masih sulit mengingat beberapa agenda budaya yang telah disiapkan pada tahun 2021. Namun demikian, pembelajaran bencana alam berbasis budaya tetap akan diagendakan ke depan,” tutupnya.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay