PALU – Isu miring kembali menerpa Fakultas Kedokteran, Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu. Fakultas yang berdiri pada Tahun 2009 itu kembali diisukan bahwa lulusan strata satunya (S1) tidak bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, semisal pendidikan pascasarjana atau dokter spesialis.
Bagi pihak Unisa, isu-isu tersebut memang sering dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, apalagi setiap memasuki tahun ajaran baru.
Terkait isu itu, beberapa alumni Fakultas Kedokteran Unisa yang saat ini sedang melanjutkan studi di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, angkat bicara.
dr. Andi Heri Isman adalah salah satunya. Saat ini, alumni Fakultas Kedokteran Unisa Tahun 2016 itu sedang menempuh studi Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Kepada media ini, Kamis (30/06) sore, ia menyatakan bahwa isu miring tentang Fakultas Kedokteran Unisa itu tidaklah benar.
Saat mendaftar ke Unhas, kata dia, ada dua test yang mesti dilewati, yakni seleksi berkas dan ujian. Seleksi berkasnya sendiri termasuk ijazah yang dikeluarkan oleh Fakultas Kedokteran Unisa.
“Tidak ada masalah dengan berkas. Waktu saya mendaftar juga lancar-lancar saja, kita punya akreditasi di Kedokteran Unisa juga diakui,” terangya, melalui sambungan telepon.
Ia menilai, isu-isu yang berhembus itu sangat merugikan Unisa, termasuk para alumni yang ingin melanjutkan studi. Kemungkinan, kata dia, adanya isu-isu tersebut yang membuat beberapa rekannya menjadi takut mencoba melanjutkan studi menjadi dokter spesialis.
Padahal, kata dia, faktanya tidak seperti yang dikhawatirkan. Terbukti, ia dan beberapa rekannya saat ini sudah menjalani studi dokter spesialis di beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia, bukan hanya di Unhas.
Ia mengimbau rekan-rekannya yang lain untuk tetap melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya, karena memiliki peluang yang cukup besar untuk bisa lolos. Apalagi, kata dia, bagi lulusan Kedokteran Unisa yang sudah pernah mengabdi di daerah terpencil akan mendapatkan penilaian tersendiri dan menjadi prioritas.
Selain itu, kata dia, FK Unisa sendiri sudah cukup dikenal di Unhas, karena sudah ada kerja sama yang terjalin sebelumnya.
“Bukan hanya di Unhas sebenarnya yang kenal Unisa, beberapa perguruan tinggi lain juga ada kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Unisa,” katanya.
Andi Heri sendiri merupakan angkatan 2011 di Fakultas Kedokteran Unisa dan tamat pada Tahun 2016. Kemudian ia melanjutkan koas sampai Tahun 2019, lalu praktik satu tahun di Makassar serta menjadi dokter PTT di Kabupaten Morowali selama satu tahun, lalu mendaftar di Unhas.
Hal senada juga diungkapkan dr Octavianna Bekti Rahayu. Berbeda dengan Andi Heri, alumni Kedokteran Unisa Tahun 2018 ini telah diterima dan sedang menempuh studi semester I sebagai Dokter Spesialis Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman (Unmul), Samarindah, Kalimantan Timur.
Ia mengatakan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika akan menempuh pendidikan dokter spesialis, di antaranya adalah ijazah dan beberapa rekomendasi, baik dari universitas, rumah sakit, kepala daerah, dinas kesehatan dan lainnya.
Dengan ijazah yang dimilikinya, ia bahkan bisa mendaftar pendidikan dokter spesialis di dua perguruan tinggi, yakni di Universitas Brawijaya Malang dan di Universitas Mulawarman Samarindah, sebelum akhirnya ia menjatuhkan pilihan di Universitas Mulawarman.
“Untuk administrasinya aman-aman saja karena memang dari sisi akreditasi fakultas dan universitas juga memenuhi syarat,” ujarnya.
Terkait kualitas, kata dia, Unisa sudah jauh lebih bagus, termasuk dari sisi pengajarnya. Walaupun beberapa masih mengandalkan dosen terbang, tapi selama ia menjalani studi di Unisa tidak pernah ada kendala dari segi jadwal.
“Bahkan dalam satu hari bisa sampai empat kali dosen terbang yang bolak balik mengajar,” imbuhnya.
Alumni Fakultas Kedokteran Unisa lainnya, dr Moh Noval Farlan, juga angkat bicara menyikapi isu-isu miring tersebut. Mahasiswa semester I di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Unhas Makassar, itu mengaku tidak mengalami kendala saat mendaftar. Kata dia, berkas administrasi, seperti ijazah yang dikeluarkan Unisa juga tidak dipermasalahkan.
“Cuma memang testnya agak berat untuk bisa lolos ke Unhas, tapi untuk berkas tidak ada masalah sama sekali,” ujarnya.
Ia mengatakan, kualitas di Fakultas Kedokteran Unisa juga layak diperhitungkan. Buktinya, kata dia, meskipun seleksi masuk ke Unhas cukup berat, namun ia bersama sejumlah rekannya bisa lolos. Hal ini, kata dia, menandakan bahwa kualitas alumni yang dihasilkan dari FK Unisa juga sangat baik.
“Kualitas FK Unisa sudah sama dengan fakultas kedokteran yang lain, apalagi kalau dibandingkan dengan jurusan atau fakultas-fakultas kedokteran yang masih baru, Unisa justru lebih tersistem, baik tenaga dosen maupun fasilitas pendukung,” imbuhnya.
Sebelumnya, Rektor Unisa Palu, Dr. Umar Alatas, S.Pi, M.Si, mengatakan, isu itu sesat dan sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Dia mengakui, setiap tahun ajaran baru, isu miring tentang Unisa Palu selalu saja muncul. Isu lain yang muncul menyebut bahwa Unisa Palu akan tutup.
“Dan faktanya tidak demikian,” tegasnya.
Menurut dia, setiap tahun pihaknya sudah melaporkan pihak-pihak yang menjatuhkan Unisa Palu itu ke pihak kepolisian. Namun karena penyebar isu itu menggunakan nama anonim, maka selalu susah untuk diungkap.
“Kami berharap pihak kepolisian menertibkan akun-akun media sosial seperti ini agar tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat,” tandasnya.
Fakultas Kedokteran Unisa Palu berdiri pada Tahun 2009 dan telah dipercaya untuk melaksanakan ujian Uji Kompetensi Mahasiswa Program Pendidikan Dokter-Objective Structured Clinical Examination (UKMPPD-OSCE), di mana ujian tersebut juga dilaksanakan serentak secara Nasional di tiga wilayah (Barat, Tengah dan Timur).
UKMPPD-OSCE di Fakultas Kedokteran Unisa telah dilaksanakan sejak tahun 2016 lalu dan telah meluluskan puluhan dokter. (RIFAY)