SEMARANG- Dalam dies natalis Universitas Diponegoro (Undip) ke 67, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) bekerja sama dengan Medialink dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mengadakan workshop kampus anti-hoaks dan pelatihan Kelas Cek Fakta (KCF) di kalangan mahasiswa. Dua kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa Undip dalam mensikapi munculnya berbagai berita hoaks yang semakin banyak seiring dengan perkembangan teknologi, terutama di saat-saat perhelatan politik sekarang ini.
Kegiatan workshop dan pelatihan cek fakta tersebug ditujukan agar menjadi alat dalam memerangi dan mengurangi penyebaran hoaks dan dapat membedakan, mengklarifikasi antara berita hoaks beredar di masyarakat. Kegiatan ini juga dilakukan sebagai upaya untuk mengingatkan para mahasiswa khususnya, serta tenaga pengajar pada umumnya agar tidak mudah percaya pada berita belum jelas fakta serta datanya.
Merujuk pada data pengguna internet di Indonesia saat ini, sampai 87% dari 270 juta pengguna internet digunakan untuk media sosial, tapi ada sisi negatif di internet berupa berita bersifat hoaks. Distribusi penyebaran hoaks terbesar dalam masyaraat digital kita adalah Facebook 49,4%, Whatsapp 15,9%, Twitter 12,3%, campuran 1,9%, lain – lain 6,3%, Instagram 3,6%, Youtube 5,8%, media online 0,9%, blog 1,7%, Tiktok 2,2%.
Menurut Ahmad Faisol, kampus pada hakikatnya merupakan tempat berkumpulnya orang-orang intelektual memiliki komitmen integritas serta cara berpikir nalar sangat kuat. “Kampus itu identik dengan lingkungan objektif, fair, dialogis sementara hoaks jauh dari hal-hal seperti itu. Kampus juga dibangun oleh orang-orang atau masyarakat yang tidak hanya objektif tapi punya kejujuran dan kesiapan untuk senantiasa dikritik. Dan tipikal komunitas seperti ini tidak dimiliki oleh komunitas pencipta hoaks,” ujarnya dalam sambutan di depan peserta workshoop dan pelatihan di Semarang,Kamis 17 Oktober 2024.
Banyaknya persebaran hoaks di masyararakat, menurutnya membuat Medialink dan Mafindo termotivasi untuk melakukan upaya literasi di masyarakat, khususnya masyarakat kampus agar menjadi salah satu agen dalam memerangi hoaks di masyarakat. “Kegiatan ini adala salah satu bukti komitmen kami untuk membangun literasi positif khususnya di masyarakat kampus agar ambil bagian dalam memerangi peredaran hoaks di masyarakat,” lanjutnya.
Sementara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro menyambut baik kerja sama kedua lembaga tersebut dengan FIB dalam mewujudkan kampus anti-hoaks. Menurutnya, kegiatan dalam dies natalis Undip ke 67 ini merupakan pembekalan dan pemberian wawasan penting bagi mahasiswa khususnya, dan pengajar pada umumnya untuk terus melakukan hal-hal positif di masyarakat, salah satunya dengan menjadi agen penyebar kebaikan untuk memerangi fitnah.
“Kegiatan ini menjadi hal penting bagi kita semua untuk saring berita sebelum sharing sehingga kami harapkan bahwa mahasiswa Universitas Diponegoro dapat menjadi mahasiswa cerdas dan kritis ke depannya. Dan kerja sama kegiatan ini menjadi bukti penegasan dilakukan FIB-Undip untuk menegaskan komitmennya menjadi salah satu kampus secara aktif memerangi hoaks di masyarakat, khususnya masyarakat kampus.” ujar Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Alamsyah juga mengharapkan peran penting mahasiswa sebagai pengguna aktif sosial media dapat ditingkatkan perannya dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya hoaks dan berharap peran-peran lebih jauh untuk menjadi penggunaan sosial media yang baik dan benar. “Mereka menjadi digital native yang banyak menggunakan sosial media, maka diharapkan mereka dapat mengedukasi tentang penggunaan sosial media baik dan benar,” tambahnya.
Sementara, trainer Mafindo Puji F Susanti menyampaikan bahwa lembaganya sudah banyak bekerja sama dengan Medialink untuk menumbuhkan literasi positif terkait hoaks di lingkungan akademis. “Undip merupakan kampus ke sekian diajak Medialink dan Mafindo untuk peduli terhadap upaya memerangi hoaks,” ujarnya.
Menurut Puji, kegiatan ini merupakan salah satu upaya dilakukan Mafindo dengan Medialink dalam upaya menekan penyebaran hoaks di media informasi lewat ajakan-ajakan kepada masyarakat kampus untuk ambil bagian menjadi agen perubahan anti hoaks. “Kami berterima kasih, Fakultas Ilmu Budaya Undip merespon ikut ambil bagian dalam kegiatan ini,” lanjutnya.
Beberapa faktor menyebabkan hoaks dengan mudah menyebar di masyarakat karena masih rendahnya literasi digital dan berpikir kritis belum merata, kurangnya rasa percaya masyarakat dan pemerintah, polarisasi masyarakat, belum cakapnya memilih sumber informasi.
Workshop dan Pelatihan Kelas Cek Fakta (KCF) diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Undip yang bekerja sama dengan Medialink dan Mafindo merupakan salah satu upaya untuk menjawab kelemahan-kelemahan tersebut karena di dalamnya ada materi untuk memperkuat literasi digital untuk memproduksi, memfilter, dan menyebarkan informasi-informasi positif di masyarakat.
Dengan literasi digital cakap, kita akan sadar sebenarnya sebagai pengguna internet kita juga memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan hal-hal positif serta mengurangi cyber bullying ada di masyarakat sekarang ini.
Rwporter :***/IKRAM
