PALU – Para pendamping korban kekerasan pada lembaga penyedia perlindungan perempuan dan anak di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Kabupaten Poso, berlatih self healing didampingi Psikolog Klinis, I Putu Ardika Yana, Sabtu (19/11). Mereka terdiri dari unsur DP3A kabupaten/kota, satgas, maupun NGO.
Latihan self healing tersebut merupakan rangkaian kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM Pendamping Korban Kekerasan yang diselenggarakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), sejak Jumat (18/11) kemarin.
Sebelum praktik self healing, I Putu Ardika Yana menyampaikan bahwa para pendamping harus mengidentifikasi semua perasaan-perasaan yang hadir ketika menghadapi kasus-kasus yang tidak biasa, semisal kasus pelecehan seksual yang pelakunya perempuan dengan korban perempuan ataupun laki-laki.
“Pahami dulu perasaan kita, identifikasi semua perasaan-perasaan yang hadir, supaya ketika menangani kasus tidak bertanya-tanya dan bingung,” terang Ardi, sapaan akrabnya.
Setelah itu, kata dia, barulah memahami siapa klien yang didampingi. Namun, kata dia, jika perasaan sendiri belum dipahami, maka sebaiknya beri rujukan kepada pendamping lain.
Di akhir sesi, Ardi memandu para pendamping untuk berlatih self healing untuk merefleksikan dan mengapresiasi kerja-kerja sebagai pendamping korban kekerasan, karena para pendamping juga rentan terhadap persoalan stress.
“Dalam upaya membantu teman-teman untuk menjalani hari lebih baik dan supaya kita tetap waras dalam menghadapi korban dan menangani kasus kekerasan, juga tetap waras dalam bekerja dan menjalani kehidupan, mari kita hari ini berlatih untuk menjaga kewarasan kita semua,” katanya.
Reporter : Iker
Editor : Rifay