Bicara dan diam laksana dua sisi dari sekeping mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. Keduanya adalah nikmat Allah yang amat besar yang diberikan kepada umat manusia.
Dengan berbicara, manusia boleh berinteraksi sesama mereka dan menjadi makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Oleh kerana itu, secara jelas Allah Taala berfirman di dalam al Quran : “(Allah) Mengajarkannnya (kepada manusia) pandai menerangkan (berbicara).” (Rahman:4)
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda; “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetamunya.” (riwayat Bukhari)
Uqbah bin Amir menceritakan, “saya bertanya kepada Rasulullah saw “Apakah keselamatan itu?” Beliau menjawab,” Jagalah lisanmu, perluaslah rumahmu, dan menangislah akan dosa-dosamu.”
Diam adalah pondasi keselamatan dan merupakan penyesalan terhadap berbagai celaan. Oleh karena itu kewajiban diam di tetapkan oleh syara’, perintah dan larangan. Sedangkan diam pada saat-saat tertentu adalah sifat pemimpin, sebagaimana ungkapan bahwa berbicara pada tempatnya termasuk perilaku yang baik.
Abu Ali Ad Daqqaq berkata, “Barangsiapa yang mendiamkan kebenaran, maka ia ibarat syetan yang bisu.” Sikap diam sambil memperhatikan merupakan bagian dari perilaku orang-orang yang baik. Allah swt berfirman : “Apabila dibacakan AlQuran maka hendaklah di dengarkan dan diperhatikan agar kamu sebagian mendapatkan rahmat.” QS Al A’Raaf 204
Menyimpan mulut didepan orang yang diam merupakan sikap yang baik untuk menghindari kebohongan, umpatan dan kekejaman raja.
Diam terbagi menjadi 2, yaitu diam secara lahir dan diam secara bathin. Orang yang bertawakal hatinya selalu diam dengan meninggalkan berbagai tuntutan ekonomi. Sedangkan orang yang berma’rifat hatinya akan selalu diam dengan mempertemukan ketetapan hukum melalui sikap yang baik. Oleh karena itu perbuatan yang baik adalah yang dapat dipercaya, sedangkan ketetapan yang baik adalahhal yang dapat diterima.
Dzunun Almisri pernah di tanya oleh seseorang, “siapakah yang mampu menjaga diri?” “Orang yang betul-betul menjaga mulutnya” Jawabnya.
Menurut suatu riwayat, Abu Bakar Ashshidiq meletakkan batu kecil didalam mulut beliau agar bicaranya dapat diminimalkan.
Sebgian ahli hikmah telah berkata “Manusia diciptakan Allah swt dengan mempunyai satu mulut, dua mata dan dua telinga agar dia dapat mendengar dan melihat lebih banyak dari apa yang dia katakan”.
Sebagai ibadah tanpa bersusah payah. Menjadi perhiasan tanpa berhias. Memiliki kehebatan tanpa kerajaan. Membina benteng tanpa pagar. Mempunyai kekayaan budi tanpa meminta maaf kepada orang. Memberi istirehat bagi kedua Malaikat pencatat amal. Menutupi segala aib dan masalah.
Bersikap diam juga suatu kebijaksanaan dan keadilan, ilmu dan pengetahuan, bahkan merupakan akhlak yang mampu mendidik masyarakat awam daripada terjerumus ke dalam lembah kekeliruan yang lebih parah. Rasulullah saw pernah menyatakan kepada Abu Zar ra:
“Hendaknya engkau diam, sebab diam itu menyingkirkan syaitan dan penolong bagimu dalam urusan agamamu.” (riwayat al-Baihaqi). Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)