Ritual yang dilaksanakan di tepi pantai Dusun 1 tersebut, dimulai sejak pukul 14.00 dan berakhir hingga pukul 15.30 waktu setempat.
Selain dihadiri seluruh perangkat adat desa setempat, kegiatan itu juga dihadiri Bupati Parigi Moutong, H Samsurizal Tombolotutu serta sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Bupati Parigi Moutong, H Samsurizal Tombolotutu meminta agar tradisi ada tersebut terus dipertahankan sebagai upaya untuk menjaga tradisi di masyarakat.
“Ini adalah bentuk kearifan lokal yang harus terus dipertahankan,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia menyarankan kepada lembaga adat dan Pemerintah Desa (Pemdes) untuk menggelar kegiatan setahun sekali.
“Bila perlu dilaksanakan enam bulan sekali, ” ungkapnya.
Diakhir sambutannya, Bupati menyampaikan apresiasi terhadap lembaga Adat dan Pemdes yang masih mempertahankan tradisi adat itu.
“Saya ucapkan terima kasih kepada lembaga adat, Pemdes dan seluruh masyarakat yang tetap peduli dengan kegiatan semacam ini, ” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Petapa, Yushar mengungkapkan, Ritual adat tolak bala atau nompaura merupakan upaya untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT agar senantiasa dijauhakan dari musibah.
“Ritual adat ini sudah dilakukan sejak dulu oleh para orang tua. Niatnya untuk meminta perlindungan kepada Allah agar kampung dan daerah ini dijauhkan dari segala bentuk musibah,” urainya.
Apalagi, lanjut dia, beberapa tahun lalu Desa Petapa pernah dilanda musibah banjir bandang hingga menelan korban jiwa.
“Desa kami pernah menjadi korban keganasan alam, sehingga melalui adat ini kami berharap selalu memperoleh perlindungan dari yang maha kuasa Allah SWT, ” tutupnya. (BAMBANG)