PALU – Pemerintah Kota (Pemkot) Palu menggelar pertemuan guna mencari solusi persoalan yang terjadi di PLTU Mpanau, di Ruang Bantaya, Lantai III Balai Kota Palu, Rabu (24/01).
Pertemuan yang dipimpin Wali Kota Palu Hidayat tersebut dihadiri sejumlah pihak, seperti pihak DPRD Sulteng, Kajari Palu, Dandim 1306 Donggala, Wakapolres Palu, Wadanlanal Palu, Manajer PLN, dan Owner PLTU, Albert Wu beserta jajarannya serta sejumlah masyarakat dan unsur Pemerintah Kecamatan Tawaeli dan Palu Utara serta sejumlah pimpinan OPD terkait.
Berdasarkan berbagai tanggapan dari sejumlah kalangan, dapat diketahui sejumlah point penting, diantarnaya bahwa unjukrasa besar-besaran yang dilakukan pada Senin (22/01) lalu itu diduga kuat ada keterlibatan sejumlah oknum yang coba memainkan situasi dengan target agar PLTU ditutup.
Untuk itu, diputuskan agar pihak yang berwajib segera menangkap oknum yang dianggap sebagai pengacau atau provokator yang telah memicu timbulnya kebencian warga Mpanau terhadap PLTU.
Anggota DPRD Sulteng, Erwin Lamporo menuturkan, sejauh ini pihak PLTU telah mengakomodir semua permintaan warga setempat.
“Kesimpulan saya bahwa disini ada kebencian dari oknum tertentu. Kita juga telah menurunkan spionase di lokasi dan kebanyakn di lokasi itu adalah warga yang hanya menonton sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh oknum,” kata Erwin.
Politisi Partai Hanura itu menambahkan, dalam hal ini negara tidak akan bakal kalah. Pihaknya di DPRD akan mendukung Pemkot untuk menuntaskan masalah itu.
“Siapa yang jadi pemicu itu harus dimintai keterangan, atas dasar apa kebenciannya. Saya juga menemukan adanya keinginan masyarakat yang ingin persoalan ini segera diselesaikan, namun tentunya jika tindakan yang dialkuakan warga telah mengakibatkan gangguan pada fasilitas umum, maka negara tidak bakal kalah oleh itu,” tegasnya.
Sementara Dandim 1306 Donggala, Letkol Kav I Made Maha Yudhiksa menuturkan, sejak dimulainya aksi, hingga hari ini pihaknya selalu menghindari benturan dan selalu mengalah dengan berbagai kondisi yang ada di lapangan, termasuk ketika berhadapan dengan sejumlah warga yang marah sambil memegang golok.
“Kami terus mencari informasi yang dibutuhkan dalam upaya mencari titik terang persoalan ini,” katanya.
Setelah dilakukan identifikasi, pihaknya menemukan massa yang sudah terpecah menjadi 3 sampai 4 kelompok, diantaranya kelompok Revolusi Hijau sebagai motor penggerak dari awal, kelompok orang orang yang sakit hati karena diberhentikan bekerja. Inilah kelompok yang diduga menjadi provokator.
“Adapula kelompok yang meminta perhatian dari PLTU saja. Dari semua kelompok itu kini telah memiliki satu keinginan agar fly ash yang ada segera disingkirkan dari lokasi dalam waktu dekat ini,” ungkap Dandim.
Menurutnya, Kota Palu sebagai salah satu wilayah teritorial yang menjadi salah satu daerah kekuasaan Kodim 1306 Donggala, maka pihaknya memiliki tanggung jawab terhadap stabilitas keamanannya.
“Persoalan ini berpotensi besar dalam memicu konflik, karena tindakan yang dilakukan salah satu kelompok masyarakat dapat memicu kebencian dari masyarakat lain yang merasa dirugikan, sehingga kami selalu berusaha untuk meredam upaya-upaya tersebut,” pungkasnya. (HAMID)