PALU- Analisis Ekonomi Politik Arianto Sangadji menyampaikan mengenai industri nikel di Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, yang ia teliti dalam beberapa tahun terakhir.
Menurutnya, meskipun industri nikel memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, dengan 12 persen pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun lalu dan kontribusi ekspor nikel senilai 26 miliar USD, kesejahteraan masyarakat setempat tidak terangkat.
“Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keuntungan dari industri ini justru terhisap keluar, hanya menyisakan sedikit bagi daerah. Sementara banyak masyarakat di sekitar tambang masih hidup dalam kemiskinan,” kata Arianto Sangadji dalam seminar nasional dengan tema diselenggarakan oleh Institut Hijau Indonesia bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Panca Marga (PM) Palu, bertempat di Auditorium Kiesman Abdullah, STIA PM Palu, Jalan Dayodara, Kota Palu, Sabtu (21/9).
Selain masalah ekonomi, kata peneliti Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) ini, industri nikel juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, seperti deforestasi besar-besaran dan polusi akibat pembangkit listrik tenaga batu bara.
Selain Arianto Sangadji turut menjadi narasumber Direktur Libu Perempuan Dewi Rana, Aktivis Pengamat Politik Ray Rangkuti, Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, Chairman Indonesia Mengajar Hikmat Hardono.
Reporter: IKRAM/Editor: NANANG