PALU – El Nino tidak hanya membawa kemarau yang berkepanjangan, tetapi juga mengakibatkan kekeringan di irigasi para petani. Dampak El Nino ini telah menyebabkan banyak petani mengalami kerugian.

Rustam, salah seorang petani organik di Desa Samalili, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala, mengatakan bahwa hasil panen kali ini sangat buruk. Ketika mereka mulai menanam padi, mereka segera dihadapkan dengan musim kemarau. Akibatnya, persawahan padi para petani di Samalili, mengalami kekeringan.

” Kami Petani organik, pada panen baru baru ini semua gagal panen. Apa yang mau di panen, sementara waktu kami baru menanam padi langsung kemarau. Tidak ada air mengalir di ladang,” ujar Rustam kepada Media Alkhairaat pada Rabu (8/11).

Selama kemarau ini, petani menghadapi masalah kekurangan air, tetapi Dinas Pertanian setempat berjanji akan membantu dengan pembuatan sumur bor.

“Kami, petani organik di Desa Samalili, dijanjikan bantuan sumur bor oleh Kementerian Pertanian. Semoga bantuan itu terealisasi, karena kami sangat membutuhkan sumur bor ini. Para petani organik sangat kesulitan mendapatkan pasokan air,” kata Rustam.

Sama dengan Rustam, petani Sojol lainnya, I Made Niasa mengatakan, kemarau tiga bulan terakhir ini telah berdampak negatif pada hasil panen petani.

“Kami melihat penurunan sebesar 25 persen dalam hasil panen petani. Biasanya, satu hektar sawah dapat menghasilkan 100 karung beras, tetapi sekarang hanya mencapai 70 hingga 80 karung. Ini sangat merugikan kami,” ujar I Made Niasa.

Untuk penyiraman, kami bergantung pada air sungai yang tersedia. Semua sumber air sungai di desa Samalili dialirkan ke sawah-sawah masyarakat setempat. Selain masalah penyiraman, petani juga mengeluhkan serangan hama seperti wereng dan hama buah putih, yang kadang-kadang tidak dapat dikendalikan dengan pestisida, sehingga mengurangi hasil panen.

Reporter: Irma