Dakwah Islamiyah dan Tantangan Global

oleh -
ilustrasi

OLEH: Dr. Khairan Muhammad Arif, M.Ed

Dakwah Islam bila dipahami sebagai kegiatan memperbaiki dan membenahi kehidupan umat menjadi lebih baik dan Islami, maka tentu akan membutuhkan kecerdasan ide, strategi serta manajemen yang kreatif untuk melaksanakan dan mengimplementasikan gerakan dan tujuannya. Narasi Dakwah harus terus autentik, relevan dan kompetitif untuk mampu tetap sustainable dan konsisten pada pencapaian tujuannya yang mulia dan abadi.

Dakwah Islam adalah tugas suci ideal yang rabbaniy dan insaniy yang harus terus dilaksanakan dan menjadi tugas utama para pejuang, para cendikiawan muslim dan para Da’I itu sendiri, untuk menyelamatkan dunia dan kemanusiaan. Karena dakwah adalah kebutuhan asasi manusia melebihi semua bentuk materi yang dibutuhkan manusia yang jarang disadari oleh manusia materialis yang abai pada kemanusiaan, kedamaian religiutas dan moralitas.

Dakwah Islam adalah kehidupan manusia dan dunia, yang terus menghadapi tantangan dinamis dan abadi sepanjang kehidupan manusia, karena karakter dakwah Islam bersifat aktif memperbaiki dan merubah kemungkaran serta menyeru kepada kebajikan dan kemaslahatan, tentu saja akan berhadapan dengan pikiran, budaya dan peradaban serta kekuasaan yang menginginkan kondisi sebaliknya. Pendukung perdaban modern dan global yang materialis dan pragmatis serta syahwat oriented, pasti tidak akan dapat menerima seruan dan ajakan dakwah Islam yang Rabb oriented dan hak oriented, karenanya mereka biasanya akan memosisikan dirinya beseberangan dengan dakwah Islam bila tidak dapat disebut memusuhinya.

BACA JUGA :  Mencari Jejak Identitas Kaili Rai di Tengah Arus Modernisasi

Sejarah para Nabi dan Rasul serta para Da’I setelah mereka telah membuktikan hambatan dan tantangan dakwah Islam sepanjang masa, hambatan dan tantangan dakwah Islam tersebut hadir dalam bentuknya yang beraneka ragam, dinamis, kreatif dan represif. Strategi, metode dan teknologi yang mereka pakai untuk mengahadang dakwah selalu inovatif dan canggih, sehingga banyak mengukir sejarah manusia tentang pertarungan antara hak dan batil. Bila dilihat dari strategi permusuhan kebatilan terhadap dakwah, maka dapat diklasisfikasikan jenis-jenis strategi penentangan dakwah sampai saat ini dengan dua strategi utama yaitu; Straregi persuasive dan represif.

BACA JUGA :  Jangan Berhenti Mengajak pada Jalan Kebaikan

Strategi persuasive yang dihadirkan oleh penentang dakwah biasanya dengan menyelewengkan ajaran Islam, meliberalkan tujuannya dan menggiringnya pada kehidupan materialisme sekuler, yang mampu merancukan, membiaskan dan mengacaukan pemahaman umat terhadap ajaran-ajaran Islam. Adapun strategi represif yang dilakukan oleh penentang dakwah biasanya melalui slogan, terminology negative dan kriminalitatif terhadap para Da’I, ajaran Islam dan pemeluknya yang konsisten, seperti terminology “Radikalisme”, “Fundatalisme” dan “Terorisme”. Terminology kriminalis dan stigma negative ini ternyata telah dilakukan oleh nenek moyang penentang dakwah terdahulu, sejak zaman Nabi Nuh, Ibrahim sampai Nabi Muhammad saw, seperti terminology “Tukang Sihir”, “Pendusta”, “Manusia Gila” dan sebagainya. Strategi represif ini juga sampai pada bentuknya yang frontal dan radikal seperti pengusiran, penganiayaan, pemenjaraan, pembunuhan dan peperangan.

BACA JUGA :  Authority Bawaslu Sebelum Penetapan Calon dalam Pemilihan Kepala Daerah

Oleh karena itu, dari kenyataan historis dan realitas kekinian di atas , maka dakwah Islam harus memiliki strategi dan metode yang inovatif, dinamis dan relevan terhadap dua bentuk strategi tantangan dakwah selama ini. Strategi dakwah harus dapat mengantisipasi dan menjadi solusi problematika dakwah setiap waktu dan tempat, strategi yang relevan, solutif, kreatif dan cerdas serta efektif menghadapi semua tantangan dakwah global.
Wallahu a’lam bishowaba