DONGGALA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan PT Agraria Indonesia Berdaya yang bermitra dengan Yayasan Rumah Bahari Gemilang (Rubalang) melaksanakan penanaman 2024 propagul mangrove, di Pulau Pangalasiang, Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala, Rabu (15/05).
Penanaman propagul tersebut merupakan salah satu agenda dari Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) angkatan 6. Total ada 10 mahasiswa dari Universitas Tadulako (Untad), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO), Universitas Teknologi Mataram (UTM) dan Universitas Gorontalo (UG) yang terlibat dalam MSIB angkatan 6.
Camat Sojol, Asram, mengatakan, penanaman ini bukan hanya bagian dari program mahasiswa magang, tetapi masyarakat juga bisa melakukan kegiatan yang sama untuk mengantisipasi abrasi pantai.
“Harapannya ketika sudah selesai dilakukan penanaman, masyarakat dapat memelihara dan menjaga ketertiban hewan ternak agar program kali ini bisa menjadi harapan yang bermakna bagi masyarakat Pulau Pangalasiang,” imbau Asram.
Ardiansyah AR selaku Mentor MSIB angkatan 6, menerangkan, sebelumnya pernah dilakukan penanaman mangrove di Pulau Pangalasiang, tapi menemui berbagai kendala, di antaranya hewan ternak yang dilepas liar.
Selain itu, kata dia, karena penanaman yang tidak dilengkapi dengan APO (Alat Pemecah ombak), Ajir (patok) serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ekosistem mangrove secara ekologis.
“Maka dari itu sehari sebelum penanaman, mahasiswa bersama masyarakat Pulau Pangalasiang melakukan nobar film yang berhubungan dengan penguatan literasi masyarakat mengenai mangrove,” terang Ardiansyah.
Ardiansyah juga menjelaskan bahwa dalam program magang tersebut, mahasiswa berhasil melakukan capaian kurikulum social mapping dan Problem solution terkait permasalahan yang ada di Pulau. Dari hasil pemetaan tersebut mahasiswa serta masyarakat berinisiasi melakukan rehabilitasi mangrove sebanyak 2024 propagul.
“Mahasiswa ini magang selama 4 bulan, dari bulan Maret. Kegiatan hari ini selain para mahasiswa juga dihadiri camat Kecamatan Sojol, SMA (Osis dan Pramuka), pelajar SMP dan SD serta masyarakat pulau Pangalasiang,” jelas Ardiansyah.
Peningkatan suhu udara, lanjut Ardiansyah, mengacu pada kenaikan suhu rata-rata di bumi secara keseluruhan. Peningkatan suhu dapat terjadi karena berbagai faktor termasuk efek rumah kaca. Mangrove merupakan salah satu solusi untuk mengurangi peningkatan gas rumah kaca,
“Mangrove mampu menyerap karbon 3-5 kali lebih kuat dibanding hutan tropis. Rehabilitasi mangrove ini sejalan dengan salah satu fokus utama PT Agraria Indonesia Berdaya dan Rubalang yaitu pengurangan gas rumah kaca dan perbaikan ekosistem laut atau fokus pada pembedahan konservasi alam,” imbuh Ardiansyah.
Reporter : Iker
Editor : Rifay