TRADISI politik yang cenderung transaksional dan materialistis di alam demokrasi Indonesia dewasa ini, memang sulit dibendung. Meskipun berbagai aturan telah melarang praktik ini, kenyataanya masih terus terjadi. Dalam berbagai kasus, misalnya, Bawaslu Republik Indonesia sampai jajarannya di daerah, sudah banyak menerima laporan masyarakat terkait maraknya money politics atau politik uang.
Berbeda dengan Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPRD Kabupaten Sigi dari Partai Demokrat yang satu ini. Pria ini pun tampil mencoba peruntungan di tengah hiruk pikuknya caleg lain dalam meraup suara.
Dia adalah Anas Umar Lc, M.H.I, kelahiran Kotarindau, 29 September 1984 silam. Dalam merintis karir politiknya, ia menolak keras tardisi politik uang yang dinilainya cenderung sekuler. Banyak anggapan di masyarakat, dengan bermodal besar, maka seorang caleg mampu meraih kursih di parlemen.
Anggapan tersebut ia patahkan, dengan kemenangan yang diraihnya pada Pemilu 2019 ini, hanya dengan modal silaturahim, dari kampung ke kampung di wilayah Dapilnya, yakni Dolo, Dolo Barat dan Dolo Selatan.
Anas berhasil meraup suara sebanyak 770. Berdasarkan rapat pleno KPU Sigi, beberapa waktu lalu, ia menjadi salah satu dari 30 orang yang bakal duduk di kursi Parlemen Kabupaten Sigi, periode 2019-2024 mendatang
“Pencapaian ini terbilang langka. Saya tidak memiliki modal apa-apa dalam pengertian materi. Karena memang selama ini yang lebih intinya dalam sebuah hubungan dalam masyarakat,” ujar Anas Umar, Jumat (17/05).
Alumni Unversitas Al-Azhar Mesir itu menjelaskan, jika hati masyarakat telah dimiliki, materi sekalipun mereka tidak akan tergoda. Memikat hati pemilih, kata dia, maka suara konsitituen tersebut tidak akan berpindah. Karena, menurutnya pilihan mereka tulus dari hati.
Dia mengaku, selama menggalang dukungan, hanya bermodal silaturahim di majelis taklim dan ceramah agama saat kedukaan atau tahlilan. Anas mengaku, beberapa warga turut andil dalam membuatkan sarana kampanye dirinya, seperti baliho dengan beragam ukuran.
“Itu yang kemudian memperluas jangkauan saya dalam menyampaikan gagasan, alasan kepada warga, kenapa maju ke ranah politik,” ujarnya.
Dosen Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu itu juga menceritakan perjuangan warga yang sukarela dalam menggalang dukungan tanpa imbalan rupiah. Upaya itu, ternyata mampu mengalahkan beberapa calon lain yang memiliki modal besar.
Hal ini kata dia, meyakinkannya bahwa berpolitk bukan semata-mata uang yang notabene dilarang dalam peraturan dan prinsip agama.
“Prinsip dan aturan tersebut saya pegang. Alhamdulillah berkat kerjasama tim Roa Ustadz, betul-betul dengan militansi, dan Alhamdullah mendapatkan hasil luar biasa. Saya juga berterima kasih kepada mayarakat yang menyalurkan hak pilihnya mempercayakan untuk membawakan amanah dengan cara yang baik,” tambahnya.
Anas mengakui, keberhasilan meraih kursi DPRD Sigi juga tidak terlepas berkat doa dari semua pihak, termasuk dari kalangan habaib dan para guru-guru di Alkhairaat.
Kemenangan ini juga ia persembahkan kepada abnaulakhaiaraat (sebutan murid-murid di Alkhairaat).
“Ke depan amanah ini akan saya laksanakan dengan baik dengan mengembangkan program-program pendidikan agama,” tutupnya. (NANANG IP)