KASIMBAR – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Sendana, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, fokus pada pengembangan potensi sarang burung walet.
Dengan tanah hibah dari masyarakat dan melihat potensi burung walet yang melimpah, pembangunan ini bertujuan memberdayakan etnis Tajio(suku mendiami pesisir timur Sulteng, di kecamatan Kasimbar, Kecamatan Tada, dan Kecamatan Toribulu, red) .
Kepala Desa Sendana, Mahyuddin, mengatakan, pembangunan sarang walet ini sangat berkembang dan menjanjikan di desanya. Pendapatan desanya sebagian besar bersumber dari pembangunan dan pembersihan sarang walet.
Selain itu program pemberdayaan etnis Tajio, juga mencakup pelatihan cara meracik kopi, dengan campuran sarang walet dan memberikan bantuan pendidikan bagi keluarga terkendala biaya.
Dengan berkembang pemberdayaan sarang burung walet, akhirnya masyarakat fokus dan menjadikannya sebagai penelitian. Lokasi penelitian ditetapkan di Desa Sendana, dengan partisipasi keseluruhan etnis Tajio sebagai subjek. Hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan ini diambil untuk mengoptimalkan potensi burung walet sebagai sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan, serta mengurangi angka putus sekolah, di desa Sendana.
Proses pengambilan kebijakan pada usaha tersebut sampai dimasukan dalam agenda rapat Musrenbang. Meskipun terdapat program pemberdayaan yang belum terealisasi karena kendala dalam pengetahuan pemasaran sarang burung walet, partisipasi aktif dalam pembangunan burung walet, perawatan, dan pengelolaan sarang burung walet menciptakan sinergi positif antara BUMDesa dan masyarakat setempat.
“Pemberdayaan burung walet di Desa Sendana, Kasimbar, merupakan inisiatif yang menggabungkan aspek ekonomi, budaya, dan pendidikan. Proyek ini tidak hanya berfokus pada potensi keuntungan bisnis sarang burung walet, tetapi juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan etnis Tajio melalui berbagai program,” ujar Mahyuddin kepada media ini, Rabu (30/1).
Selain pelatihan, cara meracik kopi dengan campuran sarang walet dan bantuan pendidikan, dapat ditambahkan program-program lain yang mendukung pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan usaha kecil, pengembangan pertanian lokal, atau promosi pariwisata berbasis budaya. Ini dapat menciptakan diversifikasi pendapatan dan meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat setempat.
Bagi Mahyuddin, pentingnya edukasi mengenai pemasaran sarang burung walet yang juga bisa ditekankan lebih lanjut. Pelatihan intensif dalam hal ini dapat membantu mengatasi kendala pengetahuan yang mungkin dihadapi oleh etnis Tajio.
Kerjasama dengan lembaga atau pakar pemasaran lokal dapat menjadi langkah yang efektif, untuk memastikan proyek ini mencapai potensinya secara maksimal.
Selain itu, evaluasi berkala terhadap pembangunan sarang walet melalui pemberdayaan dapat membantu mengidentifikasi keberhasilan dan kendala yang muncul. Transparansi dalam pelaporan keuangan dan pengelolaan juga menjadi faktor penting untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dan kesinambungan program ini dalam jangka panjang.
Reporter: IRMA/Editor: NANANG

