PALU – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) akan mengkaji potensi-potensi bisnis maupun daya serap beras di 13 Kabupaten/Kota wilayah Sulawesi Tengah, guna mempertimbangkan pemasangan mesin canggih Rice to Rice (RTR).
Menurut Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita mengatakan kajian yang akan dilakukan pihaknya adalah melihat daya produksi beras oleh petani, sekaligus volume serapan.
“kita kaji dulu, karena memang ongkos infrastrukturnya itu mahal, jadi jangan sampai tidak sesuai nantinya dengan kondisi lapangan,” kata Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (30/12).
Febby menjelaskan mesin rice to rice berfungsi untuk menjamin mutu dan kualitas beras yang akan disalurkan kepada masyarakat, maupun konsumen.
Fungsi kerjanya, mesin rice to rice mampu mengolah 6-7 ton beras hanya dalam waktu satu jam, menjadi beras yang bermutu dan memiliki kualitas diatas standard. Teknologi super canggih itu dapat mempresentasekan secara digital semacam kadar air, maupun patahan (broken) dalam setiap ton beras yang diolah.
Febby mengungkapkan dalam proses pengkajian akan membutuhkan waktu yang cukup panjang, sebab banyaknya indikator yang harus dipenuhi, sebelum akhirnya nanti akan disetujui untuk membangun infrastruktur mesin RTR terlebih dahulu.
“Kaget juga karena ternyata Sulteng ini penghasil beras yang cukup besar, hanya saja memang kita menyerap sesuai kualitas juga, sehingga tidak bisa semua, Karena itu beras Sulteng banyak yang harus dikirim keluar tapi dengan sistem yang konvensional,” katanya.
Karena itu Ia meminta agar setiap kepala daerah yang ada di Sulawesi Tengah, bersama jajarannya mensosialisasikan dengan sungguh-sungguh ke petani tentang menghasilkan beras sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.
“Kalau saja 13 daerah ini kualitas beras merata kualitasnya bagus, kita akan menyerap lebih banyak sehingga bisa saja mesin supercanggih itu ditempatkan salah satunya di Sulteng,” lanjutnya mengatakan.
Potensi lain yang dinilai Direktur Bisnis Perum Bulog ada pada Sulteng, yakni jarak dekatnya dengan daerah calon ibu kota negara baru, provinsi Kalimantan Timur.
Hal itu seharusnya dapat menyadarkan kaum petani, jika nantinya pasar dalam skala nasional akan semakin dekat dengan Sulawesi Tengah.
Reporter: FALDI
Editor: NANANG