PALU – Kepala Sub Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Agus Widiatmoko menyebut, Penguatan Nilai Kebangsaan (Pena Bangsa) yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Putra Alkhairaat Pusat adalah untuk mengingatkan perjuangan sosok pendiri Alkhairaat, Habib Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua.
“Guru Tua sang pencerah dalam dakwahnya dan pemurnian tauhid. Beliau adalah pendiri Alkhairaat sekaligus tokoh dalam memajukan pendidikan di hampir seluruh Indonesia yang berpusat di Palu,” ucapnya usai membuka Pena Bangsa Tahun 2019, di Ponpes Putra Alkhairaat Pusat, Selasa (12/11).
Menurut Agus, Guru Tua telah berkontribusi dalam pembinaan umat dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Guru Tua, kata dia, telah mencurahkan seluruh pemikirannya untuk mendirikan lembaga pendidikan formal yang menjadi tujuan utama dalam perjuangannya.
Maka, menurutnya, Pena Bangsa menjadi salah satu upaya untuk mengikat ingatan bersama mengenai peran kebangsaan pesantren, termasuk di dalamnya peran besar Guru Tua.
“Kontribusi dan warisan pesantren dalam mencerdasakan kehidupan bangsa dan nilai-nilai toleransi, sangat signifikan dalam mempersatukan kehidupan masyarakat. Pesantren yang menampilkan wajah Islam memilih jalan tengah, toleran dan menjaga keseimbangan,” jelasnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala SMP Alkhairaat 2 Palu, H. Sumitro J Nento, yang juga selaku ketua panitia, menyampaikan, di lokasi pameran ada dua yang diangkat. Pertama, dari Direktorat Sejarah mengangkat tema kebencanaan dan buku bersifat e-catalog dan mengangkat nilai kebangsaan.
“Untuk kebencanaan, mereka menginginkan ada pameran bukti periwisata bencana tahun lalu dan kami siapakan salah satunya mobil yang dievakuasi dari Balaroa dan beberapa foto-foto dokumentasi dari bencana. Untuk nilai kebangsaan kami katakan di Alkhairaat ini siap menjaga NKRI,” terangnya.
Selanjutnya, kata Sumitro, pihak Ponpes Putra Alkhairaat Pusat juga memamerkan sejumlah peninggalan Guru Tua, di antaranya baju gamis, Al-Qur’an dari hasil tulisan tangan yang berbahan kulit kayu, Kartu Tanda Penduduk (KTP) Guru Tua, alat musik gambus, peralatan makan dan minum dan beberapa lainnya. (YAMIN)