BTIIG Tingkatkan Softskill Gen Z dan Alpha

oleh -
External Relations Manager Indonesia Huabao Industrial Park, Cipto Rustianto

PALU – PT Buashao Taman Industry Invesment Group (BTIIG), dikenal juga sebagai Indonesia Huabao Industrial Park (Huabao Indonesia), menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR).

Kali ini, BTIIG menghadiri undangan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah untuk menjadi narasumber dalam acara bertajuk “Media Sosial, Tantangan dan Peluang Masa Depan Gen Z dan Alpha”. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Jambore Ajang Kreatifitas (Adujak) GenRe tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, diikuti oleh 72 Duta GenRe dari 13 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah di Hotel Best Western Plus Coco Palu bulan lalu.

“Sejak hadir di Bumi Morowali, perusahaan melalui program Social Responsibility (CSR) fokus pada pengembangan soft skill di bidang pendidikan dengan program Huabao Youth Empowering Chambers (HYEC),” kata External Relations Manager Indonesia Huabao Industrial Park, Cipto Rustianto, Senin (1/7).

Ia menjelaskan , kegiatan tersebut sejalan dengan undangan Perwakilan BKKBN untuk memberikan edukasi tentang media sosial kepada 72 peserta Duta GenRe yang mewakili generasi Gen Z dan Alpha dari 13 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, termasuk wakil dari Kabupaten Morowali.

Cipto menjelaskan bahwa internet dan sosial media membawa banyak perubahan di dunia, seperti dua sisi mata uang. “Jika dimanfaatkan dengan cerdas, internet memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi penggunanya. Namun, jika digunakan dengan tidak bijak, internet dan sosial media dapat menimbulkan berbagai ancaman, risiko keamanan dan privasi, serta potensi penyalahgunaan yang merugikan pengguna,” tambahnya.

Hasrul dari Communication & Media Relations Huabao Indonesia, yang diutus menjadi narasumber, menjelaskan bahwa tingginya angka penggunaan sosial media dan internet dapat mempercepat penyebaran informasi dan konten negatif jika tidak ada upaya pencegahan dengan menjadi netizen yang bijak.

“Keberadaan konten negatif dapat merusak ekosistem digital. Hal ini dapat diantisipasi dengan membangun kesadaran dari setiap individu. Pendampingan literasi digital sangat diperlukan untuk membantu pengguna sosial media dan internet agar dapat membuat konten-konten inspiratif, positif, kreatif, dan unik,” ujarnya.

Indeks literasi digital dalam laporan ini diukur melalui empat pilar indikator besar, yakni Digital Skills, Digital Ethics, Digital Safety, dan Digital Culture.

Selain itu, para Duta GenRe juga diajarkan bagaimana memanfaatkan sosial media secara optimal, mulai dari pemahaman tentang landscape media sosial, mempelajari algoritma platform media sosial, hingga cara mengelola akun media sosial untuk meningkatkan brand awareness atau untuk bisnis.

Reporter : **/IKRAM