PALU – Badan Standarisasi Nasional (BSN) memamerkan produk industri unggulan Kota Palu yakni bawang goreng yang sudah mengantongi standar ISO 9001 pada pameran nasional Teknologi Tepat Guna yang berlangsung di Palu, Selasa.
Produk yang diproduksi UKM Raja Bawang dari Kota Palu tersebut sudah mencapai enam ton per bulan dengan dukungan 10 tenaga kerja.
Pemilik UKM Raja Bawang, Prayitno mengakui banyaknya manfaat bila sebuah produk mengantongi ISO, salah satunya adalah mendapatkan kepercayaan yang besar dari konsumen, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir ini, bawang goreng hasil produksinya sudah menembus pasar dunia, tepatnya di Dubai, Hongkong dan Belanda.
Kata dia, jika belum memiliki standar mutu, maka produk sulit menembus pasar internasional.
Alhamdulillah bawang goreng Raja Bawang, walaupun pengirimannya masih melalui Jakarta tetapi sudah tembus ke sejumlah negara,” katanya di area pameran nasional Teknologi Tepat Guna (TTG), di Palu, Selasa (26/09).
Menurutnya, permintaan bawang goreng khas Kota Palu itu tertinggi di Hongkong dan Dubai. Sayangnya, permintaan itu tidak bisa dipenuhi karena terbatasnya bahan baku.
“Waktu saya ikut pameran di Dubai tahun 2015, permintaan di sana sebanyak 12 ton per bulan dan Hongkong 24 ton,” kata pria asal Ponorogo, Jawa Timur itu.
Menurut Paryitno, dirinya pernah mengajak investor Dubai untuk menanamkan sahamnya di Kota Palu khusus industri bawang goreng, namun sampai saat ini belum dapat terwujud.
Saat ini Raja Bawang baru bisa memproduksi enam ton per bulan karena didukung budidaya pertanian bawang dari lembah Palu dan Kabupaten Sigi.
Untuk kepastian bahan baku, dirinya mendapat pasokan dari lima kelompok tani yang tersebar di Kota Palu seperti Taipa, Pengawu dan Tavanjuka. Sementara dari Sigi dipasok dari Desa Oloboju dan sekitarnya serta dari Donggala dari Desa Labuan.
Bawang goring produksinya tersebut memiliki beberapa keunggulan antara lain tahan lama, higienes, renyah dan cocok untuk semua makanan.
Selain sudah ber-ISO, industrinya juga sudah mendapat nomine SNI Award tahun 2013.
Kasubag Pers dan Media Massa, BSN, Denny Wahyudi, mengatakan, pihaknya menampilkan produk dari UKM Raja Bawang tersebut karena satu-satunya produk yang mengantongi ISO di Sulawesi Tengah.
“Kami arahkan nanti produk ini bisa dapat Standar Nasional Indonesia (SNI),” katanya.
Sertifikasi SNI tersebut penting untuk meningkatkan daya saing produk sekaligus perlindungan terhadap konsumen karena seluruh produknya sudah melalui lulus uji.
Denny mencontohkan helm. Untuk dinyatakan memenuhi SNI jika melalui sembilan tahapan pengujian. Jika salah satu tahapan tersebut tidak lolos, misalnya pada kekuatan tali ikatan, maka helem tersebut tidak memenuhi SNI.
Demikian halnya terhadap produk makanan seperti bawang goreng yang diproduksi Raja Bawang di Kota Palu. Untuk memenuhi SNI setidaknya melalui delapan tahapan antara lain kadar air, bau, warna dan rasa.
Dia mengatakan untuk menentukan standar tersebut melibatkan unsur yakni produsen, konsumen, ahli dan pemerintah.
“Keempat unsur ini yang difasilitasi Badan Standarisasi Nasional,” katanya.
Saat ini terdapat 11 ribu dokumen SNI yang dilembagakan secara sukarela dan terdapat 25 SNI produk yang dikeluarkan secara wajib.
Khusus di Sulawesi Tengah baru empat industri yang memiliki SNI dengan tujuh produk yang umumnya air minum dalam kemasan.
Pada pameran TTG Nasional di Palu, UKM Raja Bawang bersama BSN memamerkan sejumlah produknya seperti bawang goreng, bubuk jahe merah dan belakangan Raja Bawang mengembangkan kopi khas lokal Tarayaku. (RIFAY)