BPSKL dan Hannah Indonesia Inisiasi Festival Produk Agroforestry

oleh -
Festival produk agroforestry menampilkan produk-produk dari bahan alam, termasuk stand produk. (Foto: DOK. Penyelenggara Kegiatan).

PALU – Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Sulawesi dan Hannah Indonesia dalam Forest Programme III Sulawesi menginisiasi Festival Produk Agroforestry Cagar Biosfer Lore Lindu, dengan menghadirkan 12 pelaku usaha dari Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi, di Hannah Homestay Palu, Sabtu (10/12).

Founder Hannah Indonesia, Mardiah mengatakan bahwa ada empat tujuan festival agroforestry tersebut, pertama memberikan edukasi mengenai arah baru pengembangan bisnis saat ini, dan kedua menumbuhkan semangat wirausaha.

“Yang ketiga, memberikan akses solusi terhadap persoalan usaha, salah satunya dengan adanya tim BNI di kegiatan ini. Keempat mempertemukan pelaku usaha dengan stakeholders. Sebagaimana data dari Akram Rifa’ah, BPSKL Sulawesi,” jelas Mardiah.

Selain dihadiri 12 pelaku usaha, hadir pula Titik Wurdiningsih (Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu), Biondi Sanda Sima (Digital Government Consultan World Bank), Ikhwan Umar (Kepala Staf Khusus Wali Kota Palu), Ristika Putri Istanti (Deputy of Program Sekretariat LTKL), dan Yusuf Radjamuda (Film Maker) sebagai pembicara dalam talkshow, yang merupakan satu dari berbagai rangkaian kegiatan dalam festival tersebut.

Moh. Zikran, panitia penyelenggara, mengatakan bahwa 12 pelaku usaha yang hadir dan mengisi stand produk lokal dalam kegiatan yang mengusung tema  “Bermuatan Lokal Berdaya Saing Global” diantaranya,  Desa Wangka (Kec. Lore Utara Kab. Poso), Desa Karunia (Kec. Palolo, Sigi), dan Desa Marena (Kec. Kulawi, Sigi).

“12 pelaku usaha itu adalah dampingan Kak Itje (sapaan akrab Mardiah). Beberapa desa atau pelaku usaha itu yang menjaga (desa penyangga) hutan adat di bagian Lore Lindu. Mereka mengambil bahan baku untuk usaha dengan tidak mengeksploitasi alam. Itu kira-kira salah satu spirit KakItje untuk garap kegiatan ini, ketika mengobrol dengan Nobalu,” kata Moh. Zikran.

Zikran berharap pemerintah kabupaten (Pemkab) Sigi dapat mengambil peran dengan menindaklanjuti kegiatan ini. Sehingga dapat bersinergi dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LKTL) Kabupaten Sigi, yang perwakilan LKTL menjadi salah satu pembicara dalam sesi talkshow.

“SLTKL ini mitra dari Kabupaten Sigi. Muatan materi dari LKTL adalah berbicara tentang ekonomi lestari multipihak, jadi melibatkan semua sektor dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Sigi. Terus ada juga muatan materi tentang gotong royong membangun ekonomi lestari. Harapannya Pemda Sigi dapat melanjutkan kegiatan ini, karena hampir semua desa dampingan ini dari Sigi,” ujar Zikran.

Reporter: IKER
Editor: NANANG