BMKG Ajak Masyarakat Bangun Budaya Kesiapsiagaan Bencana

oleh -
Pengamat Meteorologi dan Geofisika, Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG Pusat, Admiral Musa dan Rudy Teguh saat sosialisasikan mitigasi bencana gempa dan tsunami di Sekret AJI Palu, Rabu, (12/12). (FOTO: MAL/IKRAM)

PALU – Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, mengajak seluruh masyarakat untuk membangun budaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.

Sekaitan dengan itu, BMKG Pusat datang ke Palu dalam rangka melakukan sosialisasi terkait mitigasi gempa bumi dan tsunami. Tim BMKG mengirim empat tenaga bantaun dengan berbagi tugas masing-masing.

Pengamat Meteorologi dan Geofisika, Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG Pusat, Admiral Musa, di Sekretariat AJI Palu, dua hari lalu, mengatakan, Sulawesi termasuk kawasan aktif terjadinya gempa bumi tektonik dan tsunami. Kondisi ini terjadi karena di sebelah barat Sulawesi terdapat sesar yang memanjang dari pulau Sulawesi bagian Utara, melalui sisi Barat, hingga ke Utara.

“Untuk mari kita bangun budaya kesiapsiagaan,” katanya.

Dia menambahkan, latar belakang melakukan mitigasi ini karena pihaknya mendapat kabar banyak masyarakat yang resah di tenda pengungsian, akibat kurangnya informasi terkini mengenai gempa bumi dan tsunami.

BACA JUGA :  Anwar Hafid Sampaikan Gagasan Forum Adat kepada Raja Banggai

“Ternyata àda kabar yang menyebutkan bahwa setiap tanggal 28 akan ada kejadian gempa. Jadi point sosialisasi ini adalah kesiapsiagaan. Bagaimana antisipasi menghadapi gempa bumi, kemudian tiga langkah tanggap tsunami,” katanya.

Saat terjadi gempa bumi, kata dia, tidak perlu panik dan segera melindungi kepala dengan barang-barang yang berada di dekat sambil melakukan aksi turun (drop), tutup (cover), dan tahan (hold on).

“Untuk berlindung menutupi bagian tubuh yang terpenting seperti kepala dan leher,” katanya.

Kata dia, tiga aksi ini berguna untuk menghindar dari kejatuhan barang-barang yang berbahaya.

BACA JUGA :  Bandara Mutiara SIS Aljufri Latihan Penanggulangan Darurat Penerbangan

“Langkah paling darurat yang dapat dilakukan adalah merapat ke pilar bangunan (rangka) sambil menutup kepala,” jelasnya.

Setelah guncangan gempa reda, lanjut dia, segera keluar dari tempat berlindung sambil menutupi bagian kepala dan leher dengan barang yang dirasa aman, lalu lari menuju titik kumpul.

“Latihan ini sangat diperlukan oleh semua masyarakat di wilayah rawan gempa bumi tanpa terkecuali. Kita jangan menunggu melakukan latihan setelah gempa bumi itu datang,” ujarnya.

Untuk tanggap tsunami, lanjut dia, BMKG memiliki tiga langkah. Pertama, tanggap gempa bumi.

BACA JUGA :  BPBD Touna Gelar Rakor, Sikapi Isu Gempa Bumi Megathrust

“Saat kita berada di pantai, waspadalah. Gempa bumi yang kuat atau berdurasi lama dapat memicu tsunami dalam waktu singkat. Jauhi pantai maupun tepi sungai,” jelasnya.

Kedua, tanggap peringatan. “Dapatkan informasi peringatan dari BMKG melalui radio daerah, TV nasional atau pengumuman di sekitar kita,” tambahnya.

Menurutnya, jika terdengar bunyi sirine, kentongan, pengeras, suara masjid atau peralatan lain yang sudah disepakati, maka segera lakukan evakuasi.

“Ketiga, tanggap evakuasi. Temukan rambu keselamatan di sekitar kita. Ikuti jalur dan rambu evakuasi jika ada. Jika lokasi aman tidak diketahui, larilah sejauh mungkin dari pantai, naiklah ke tempat yang lebih tinggi,” imbuhnya. (IKRAM)

 

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.