PALU – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN melalui Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) melakukan evaluasi pengelolaan media sosial sebagai upaya meningkatkan kualitas dan efektivitas penyebarluasan informasi program Bangga Kencana kepada masyarakat.

Kegiatan evaluasi yang menghadirkan narasumber dari Media Sosial Soal Palu tersebut dilaksanakan di salah satu kafe di Kota Palu, Sabtu (13/12) siang, dengan fokus menilai progres, konsistensi, serta dampak konten edukatif yang diproduksi akun resmi BKKBN Sulawesi Tengah.

Kepala BKKBN Perwakilan Sulteng, Tenny Calvenny Soriton, mengatakan optimalisasi media sosial menjadi kebutuhan strategis di tengah meningkatnya target program dan keterbatasan anggaran ke depan.

Menurutnya, media sosial memiliki peran penting dalam mendukung penyebarluasan informasi serta perubahan perilaku masyarakat.

“Target kerja kami tidak berkurang, justru meningkat, sementara anggaran tahun 2026 mengalami penurunan. Kondisi ini menuntut inovasi dan penguatan kolaborasi dengan para mitra, termasuk media,” ujar Tenny.

Ia menjelaskan, BKKBN memiliki tanggung jawab besar dalam menyukseskan lima program prioritas Bangga Kencana sebagaimana arahan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, sehingga diperlukan strategi komunikasi yang efektif dan adaptif.

Dalam evaluasi tersebut juga terungkap capaian kinerja media sosial BKKBN Sulawesi Tengah yang sempat berada pada peringkat bawah secara nasional.

Temuan ini, kata Tenny, menjadi perhatian serius dan mendorong pembenahan dari sisi kualitas konten, penyajian pesan, hingga konsistensi publikasi.

“Media sosial bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi bagaimana mendorong perubahan perilaku masyarakat, dari tidak tahu menjadi tahu, kemudian mau, hingga akhirnya menerapkan,” jelasnya.

Sementara itu, narasumber dari Media Sosial Soal Palu, Mutia Zahra, menilai rendahnya kesadaran publik masih menjadi tantangan utama akun media sosial BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah.

Mutia menyebut, persepsi masyarakat terhadap BKKBN masih terbatas pada isu keluarga berencana dan Duta Genre, padahal banyak informasi edukatif lain yang tersedia.

Menurut Mutia, kepercayaan audiens dibangun melalui konsistensi konten yang informatif, relevan, dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

“Minat publik tidak akan tumbuh jika konten jarang diperbarui dan tidak memberikan nilai,” ujarnya.

Ia juga mendorong penerapan content pillar yang terstruktur, mulai dari edukasi inti, program dan layanan, hoaks versus fakta, hingga kisah dampak dan testimoni masyarakat.

Menurutnya, keberhasilan media sosial tidak diukur dari viralitas semata, melainkan dari kekuatan pesan dan kedekatan bahasa dengan audiens.

“Konten harus mengikuti tren dan riding the wave secara tepat, dengan fokus pada manfaat program bagi masyarakat, bukan hanya seremoni,” pungkasnya.