PALU – Sedikitnya 381 peserta mengikuti pertemuan dukungan psikososial bersama mitra kerja PKB/PLKB dan kader lini lapangan se-Kota Palu dan tingkat Provinsi Sulteng yang dilaksanakan Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulteng, Rabu (18/12).
Peserta tersebut terdiri dari 34 PKB dan PLKB Kota Palu, 39 PLKB kontrak Kota Palu, 176 kader PPKBD/Sub PPKBD Kota Palu, 51 Pegawai Dinas P2KB Provinsi Sulteng dan 81 Pegawai Perwakilan BKKBN Provinsi Sulteng.
Kepala Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi, Perwakilan BKKBN Sulteng, Muh. Rosni menyampaikan, kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan motivasi penyuluh KB/PLKB dan kader tingkat lini lapangan, sebagai motivator dan penyuluh program KKBPK, guna mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan capaian kinerja pengelolaan program KKBPK di lini lapangan bersama mitra secara merata dan menyeluruh,” katanya.
Sementara Plt Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, T enny C Soriton mengakui, pemulihan trauma bukan hal yang instan, sehingga membutuhkan waktu yang realistis dan sumber daya manusia, seperti fasilitator, psikolog, pekerja sosial serta relawan yang professional dan memadai.
“Salah satu langkah yang sudah dilakukan bukan berarti semua berakhir. Kami sangat mengharapkan falisitator mampu menjawab tantangan, minimal meminimalisir trauma yang dialami, walaupun tidak 100 persen,” katanya.
Baginya, pihak yang rentan pada bencana adalah anak dan remaja, disebabkan belum memiliki kapasitas yang memadai dalam mengontrol emosi dan menyelesaikan masalah secara adaptatif. Olehnya dibutuhkan alat pembantu untuk mengekspresikan rasa takut, cemas, pesimis dan menumbuhkan harapan serta optimsme mengenai masa akan datang.
“Kalau saat ini kita mendapatkan pendampingan melalui narasumber kita, itu adalah bentuk dukungan moril yang kita harapkan sebagai suntikan semangat untuk kuat menghadapi ujian yang akan datang. Kita sadari bersama, bahwa wilayah kita rentan dari bencana alam, namun kita sangat percaya bencana tidak akan menghentikan manusia begitu saja. Kita bangkitkan aktivitas berjalan normal seperti sebelumnya,” imbuhnya.
Seorang psikolog dari Tim Trauma Healing Aksi Cepat Tanggap (ACT), Muhammad Basir sebagai narasumber berhasil menghibur peserta. Bahkan menurutnya, potensi trauma pascabencana lebih tinggi dialami oleh pria. (YAMIN)