PALU – Melalui intervensi Bina Keluarga Balita (BKB) dan program generasi berencana (GenRe), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berupaya menurunkan angka stunting di Sulawesi Tengah.

Pasalnya, stunting di daerah itu masih terbilang tinggi. Secara nasional, Sulteng menempati peringkat 10 tertinggi angka stunting.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Dra. Maria Ernawati, MM, di Palu, Senin 23/11) mengatakan, intervensi BKB meliputi penguatan parenting dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pemberian pendidikan, komunikasi informasi edukasi (KIE) dan pola asuh dalam keluarga, promosi dan konseling inisiasi menyusui dini (IMD) dan air susu inbu (ASI) eksklusif.

“Kemudian, pemantauan tumbuh kembang di pos pelayanan terpadu (Posyandu) melalui Kartu Kembang Anak (KKA) dan pemberian edukasi kesehatan reproduksi (Kespro),” jelasnya.

Sedangkan inervensi melalui program GenRe, kata dia, meliputi pendidikan Kespro di sekolah, pemberian edukasi gizi remaja, pembentukan dan penguatan pendidik sebaya atau konselor sebaya, baik dari jalur formal maupun informal dan optimalisasi keberadaan PIK R baik jalur Sekolah maupun masyarakat.

“Stunting merupakan masalah gizi kerap dialami balita. Namun faktanya, stunting bukan lagi menjadi isu hanya fokus pada ibu dan balita saja, namun juga terhadap remaja,” ucapnya.

Meski begitu, upaya tersebut tidak akan bisa maksimal apabila tidak didukung oleh peran semua lapisan masyarakat, khususnya para orangtua dan kelompok remaja.

“Sulawesi Tengah masuk peringkat 10 besar stunting di Indonesia. Sehingga, diperlukan semua lapisan masyarakat untuk ikut berperan mencegah stunting, terutama para kelompok remaja,” tandasnya. (YAMIN)