“Kami, khususnya saya pribadi dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mengutuk keras kebiadaban yang dilakukan umat Budha di Myanmar terhadap saudara-saudara Muslim kita di Rohingya,” teriak Anggota DPRD Sulteng dari PKS, Nurbaya Dunggio, dengan tubuh bergetar, saat menerima massa aksi dari Forum Umat Islam (FUI) Sulteng, Rabu (06/09).
Dia menyatakan, apa yang dilakukan militer dan umat Budha tersebut sangat diluar batas kemanusiaan.
Kutukan sekaligus kecaman juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Sulteng, Alimuddin Pa’ada. Politisi Partai Gerindra itu bahkan tidak bisa membendung air matanya saat orasi. Balutan kesedihan atas kasus yang menimpa kaum muslimin Rohingya, membuatnya terbata-bata menyampaikan pernyataan sikap atas nama lembaga parlemen yang ada di Jalan Sam Ratulangi tersebut.
“Kok saya jadi menangis,” katanya terbata-bata sambil menutup wajah dengan kertas berisi pernyataan sikap dari massa aksi tersebut.
Namun dia meyakini, dibalik semua penindasan yang dialami kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia, justru menjadi kebangkitan Islam.
“Yakin saja, coba kita lihat di Jerman. Gedung-gedung yang ada sebelumnya, sudah disulap menjadi masjid. Yakin saja, Islam pasti menjadi yang terbesar di Myanmar,” katanya.
Dia berjanji, tuntutan yang disampaikan massa aksi, langsung diteruskan ke pusat, melalui faximili.
Sementara Anggota DPRD dari Partai Golkar, Muhammad Faisal menambahkan, pihaknya tidak tinggal diam. Semua partai yang ada di parlemen itu, juga sama-sama menginisiasi aksi yang sama di daerah-daerah, sebagaimana yang dilakukan FUI.
Pada kesempatan itu, perwakilan dari Pemuda Muhammadiyah juga menggelorakan semangat jihad kepada kaum muslimin.
Sebelum ke DPRD, massa aksi terlebih dahulu melakukan unjukrasa di halaman Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng.
Disana, massa aksi difasilitasi oleh Kemenag untuk berdialog langsung dengan umat Budha.
Ketua Majelis Agama Budha Sulteng, Wijaya Chandra mengaku malu pada Biksu Wirathu dan kelompok Budha radikal Myanmar berkedok baju biksu yang melakukan tindakan tidak manusiawi kepada etnis Muslim Rohingya di Myanmar.
Pria berkepala plontos bernama lengkap Ashin Wirathu itu disebut sebagai menyebar kebencian ke tengah masyarakat Myanmar. Dia menanamkan ketakutan bahwa suatu saat kelompok Muslim minoritas akan berkuasa di Myanmar.
“Saya tidak mengakui dia biksu karena mungkin dia hanya beli baju kiloan. Dia tidak melaksanakan ajaran yang benar tentang cinta kasih dalam semua agama. Kami sangat bersyukur hidup di Kota Palu yang mayoritas muslim tapi agama Budha yang minoritas terlindungi dengan baik,” akunya.
Secara pribadi dan atas nama umat Budha, dia mengecam segala kekerasan yang terjadi di Rohingya. Empat tahun lalu, lanjut dia, pihaknya sudah menyurat resmi ke pusat, dan diteruskan kepada pemerintah Myanmar agar kasus kekerasan terhadap etnis Rohingya itu dihentikan.
Bukan itu saja, sebagai bentuk kepedulian umat Budha Sulteng, pihaknya sudah melakukan penggalangan dana untuk kaum muslimin Rohingya. Saat ini, Walubi dan majelis-majelis agama Budha sudah membangun rumah sakit di daerah Rakhine, untuk melayani korban kekerasan di sana.
“Posko penggalangan dana kami sudah siapkan di Karuna Dipa, bagi semua masyarakat Kota Palu yang mau berpartisipasi disilahkan, kami memberikan langsung bantuan itu kekorban Rohingya,” katanya.
Kemarin, massa aksi gabungan dari IPM, IMM, NA, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci, Ikadi, Odoj, Syabab Hidayatullah, HMI, UPIM, Madinah, Salimah, PII, PERSIS, Komunitas Pejuang Islam Kaffah dan KAMMI itu menyampaikan pernyataan sikap, diantaranya mengutuk keras kebiadaban rezim Myanmar, mendesak pemerintah Indonesia untuk mengusir Duta Besar Myanmar sekaligus memutuskan hubungan diplomatik dengan negara itu, serta menyeret Perdana Menteri Aung San Suu Kyi, Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan Biksu Wirathu ke Peradilan Internasional. PBB juga harus menetapkan mereka sebagai Teroris Internasional.
Diketahui Pemerintah Myanmar melakukan penyisiran terhadap perkampungan Muslim di Rakhine. Dengan dalih mencari pelaku penyerangan, pemerintah Myanmar justru memperburuk kondisi.
Pasukan Myanmar dilaporkan telah menghabisi kurang lebih 100 nyawa penduduk Rohingya.
Akibat insiden itu, banyak warga Muslim Rohingya yang mengungsi dan terdampar di perbatasan Bangladesh. Organisasi Migrasi Internasional (IOM) melaporkan sedikitnya 18.445 Muslim Rohingya yang mengungsi. (RIFAY/YAMIN)