Big Data, Peluang Baru Dunia Perstatistikan

oleh -
Ilustrasi

Oleh: I Ketut Dibia

Salah satu kunci keberhasilan pembangunan adalah tersedianya data dan informasi yang akurat dan berkualitas. Layaknya rekam medis yang diperlukan dokter untuk mengetahui bagaimana penanganan yang tepat untuk penyakit yang diderita pasiennya, data dan informasi yang menggambarkan kondisi suatu wilayah juga diperlukan oleh para pemangku kebijakan untuk menyusun perencanaan pembangunan di wilayah tersebut. Ketepatan perencanaan dan keberhasilan pembangunan bergantung pada kualitas dan tingkat akurasi data yang digunakan. Oleh karena itu, komitmen Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga penyedia data sangat dibutuhkan untuk mendukung ketersediaan data yang diperlukan, baik oleh pemangku kebijakan maupun masyarakat.

Dengan adanya era transformasi digital di manaperkembangan menjadi begitu cepat, BPS diharapkan dapat menyediakan data dengan timelines yang baik agar pemanfaatannya dapat optimal dan tidak “kadaluwarsa”. Hal ini juga menjadi perhatian Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Manoarfa, pada pelantikan Kepala BPS beberapa waktu lalu. Beliau menyatakan data yang akurat dengan timelines yang mendekati nol dapat memberikan nilai tambah.

Berlandaskan hal tersebut, pemanfaatan big data menjadi potensial untuk dikembangkan dalam menjawab tantangan yang dihadapi BPS pada era transformasi digital ini. Big data merupakan alternatif sumber data baru yang dikenal karena memiliki “V” karakteristik. Pada awal big data diperkenalkan, ada 3 karakteristik “V” yang ditetapkan, kemudian berkembang menjadi 4 “V”, 5 “V”, 7 “V”, dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami perkembangan di masa mendatang. Tiga karakteristik “V” yang setidaknya perlu untuk diketahui adalah volume, variety, dan velocity. Volume mengacu pada ukuran yang sangat besar, variety mengacu pada tipe data yang beragam (teks, gambar, dokumen, dsb), dan velocity mengacu pada aliran data yang sangat cepat mendekati real time. Sumber big data dapat dikatakan beragam karena bisa didapatkan dari data citra satelit, media sosial, sensor, data ponsel, internet of things (IoT), transaksi keuangan, dan lain sebagainya.

BACA JUGA :  Jika Terpilih, Pasangan BERANI Diminta Selesaikan Peredaran Narkoba di Sigi

Clive Humby, seorang ilmuwan data dari Inggris, pernah mengatakan bahwa “data is a new oil”. Data berharga seperti minyak mentah. Namun sama halnya seperti minyak mentah yang perlu diolah menjadi bentuk lain untuk benar-benar dapat digunakan, data -tidak terkecuali big data- perlu diolah dan dianalisis agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Pengolahan big data membutuhkan infrastruktur dan teknologi yang mumpuni dan kemampuan komputasi yang memadai. Saat ini hasil pengolahan big data di BPS telah dimanfaatkan untuk mendukung berbagai statistik resmi yang dihasilkan. Big data penerbangan dan pemesanaan kamar hotel secara daring dimanfaatkan sebagai pendukung statistik pariwisata. Jumlah lowongan kerja pada situs pencarian lapangan pekerjaan telah dimanfaatkan sebagai pendukung statistik ketenagakerjaan. Data mobilitas dan berita daring dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi fenomena Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). BPS juga telah memanfaatkan data media sosial dan berita untuk melihat sentimen masyarakat terhadap hasil rilis BPS. Beberapa hasil pengolahan big data juga telah dipakai dalam materi rilis BPS untuk memperkaya analisis. Selain dimanfaatkan sebagai data pendukung, beberapa kajian dengan menggunakan big data juga tengah dilakukan, antara lain pemanfaatan data citra satelit untuk mengestimasi kemiskinan wilayah dan pemanfaatan data cuaca untuk menganalisis tingkat risiko dan keparahan bencana.

BACA JUGA :  Kampanye Beramal di Mpanau, Nasution: Program Unggulan AA-AKA Bukan Sekadar Janji

Namun demikian, banyak tantangan yang dihadapi dalam pengembangan big data. Seperti telah disinggung sebelumnya, big data membutuhkan infrastruktur teknologi yang tepat untuk digunakan dalam pengolahan dan penyimpanan data. Kapabilitas SDM juga menjadi penting mengingat analisis big data merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu. Selain itu, akses data, aspek legalitas, dan risiko privasi serta tata kelola big data juga menjadi isu penting dalam pengembangan big data.

Akhirnya, dapat dikatakan bahwa big data merupakan alternatif yang menjanjikan untuk menghasilkan data yang cepat dan real-time, sedangkan statistik resmi memberikan informasi yang lebih detail dan mendalam berdasarkan hasil sensus maupun survei. Tentu saja menggabungkan keduanya akan memberikan hasil yang memuaskan, namun untuk mencapainya bukanlah hal yang mudah.

*) Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah