PALU – Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), menggelar pembukaan kegiatan Pekan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) Nasional Tahun 2025, di Ruang Kasiromu BI Sulteng, Senin (11/08).
Kegiatan dihadiri Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta sejumlah mahasiswa FEB Universitas Tadulako (Untad), sebagai peserta.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sulteng, Glenn Nathaniel Pandelaki, mengatakan, pembukaan pekan QRIS nasional ini dilakukan secara serentak di seluruh KPw BI yang ada di 46 provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia.
Kata dia, Pekan QRIS nasional ini merupakan upaya Bank Indonesia untuk mengedukasi masyarakat agar terbiasa menggunakan QRIS, menciptakan ekosistem sistem pembayaran secara digital, juga memberikan edukasi cara melindungi diri dalam menggunakan sistem pembayaran yang semakin berkembang saat ini.
“QRIS ini mulai diimplementasikan di Indonesia tahun 2020. Jadi target kita adalah menciptakan ekosistem sistem pembayaran yang lebih inklusif di masyarakat, khususnya di Sulawesi Tengah,” katanya.
Lebih lanjut Glenn mengatakan, sesuai data terkini, akses keuangan digital di Indonesia sudah mencapai 76%. Artinya, 76% masyarakat sudah memperoleh akses terhadap jasa keuangan, tapi tingkat literasinya baru mencapai sekitar 66%.
“Artinya, masih banyak yang belum tahu bagaimana cara menggunakan layanan-layanan keuangan dan jasa sistem pembayaran secara optimal,” jelasnya.
Olehnya, kata dia, yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana supaya penggunaan QRIS ini bisa berjalan jangka panjang dan manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat.
“Mungkin ada yang pengen cepat kaya, lalu berinvestasi di lembaga-lembaga keuangan yang belum terdaftar di otoritas jasa keuangan atau menggunakan jasa sistem pembayaran yang belum terdaftar di Bank Indonesia. Jadi mulai saat ini harus paham untuk menabung atau berinvestasi yang sesuai dengan profil resiko di tempat yang terdaftar,” jelasnya.
Intinya, kata dia, yang menjadi poin utama adalah terkait risiko, seperti keamanan data pribadi, dan tidak mudah terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang ilegal.
“Ini tujuan kita selama tanggal 10 sampai 17 di seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia,” ujarnya.
Di Sulteng sendiri, kata dia, jumlah pengguna QRIS masih di angka 357 ribu dari total jumlah penduduk sekitar 3,5 juta jiwa.
Dari total angka tersebut, wilayah yang paling banyak pengguna QRIS adalah Kota Palu yang mencapai 70%, diikuti Kota Luwuk.
Namun, di sisi lain, kata dia, jumlah merchant yang menggunakan QRIS baru sekitar 246 ribu.
“Jadi ini juga penting. Bagaimana kalau ada masyarakat yang mau belanja, tapi merchant-nya sendiri tidak menerima QRIS,” katanya.
Pihaknya mendorong UMKM-UMKM yang ada untuk memanfaatkan layanan QRIS tersebut, sehingga masyarakat yang berbelanja atau bertransaksi juga memiliki opsi, ada pilihan tunai maupun non tunai.
Olehnya, kata dia, target dari edukasi ini adalah semua kalangan, baik dari level pelajar sampai seluruh lapisan masyarakat.
“Tanggal 14 nanti, kita akan mengundang tokoh lintas agama, supaya bisa memanfaatkan QRIS di rumah-rumah ibadah, sekaligus mengedukasi bahaya-bahaya kejahatan di sistem-sistem pembayaran yang sedang berkembang saat ini,” katanya.
Ia juga memberikan tips untuk mengantisipasi adanya manipulasi terkait keberadaan kode QR QRIS yang biasa terpampang bebas di beberapa merchant.
Kata dia, Qris memiliki beberapa jenis. Ada yang sifatnya statis atau yang ditempel secara bebas dan bisa langsung discan.
“Tapi ada juga yang dinamis. Nah dinamis itu kode QR-nya berubah-berubah. Nah, itu biasanya lebih aman,” katanya.
Untuk QR yang statis, lanjut dia, masyarakat harus benar-benar memastikan nama usaha sudah sesuai dengan yang tertera di QRIS dan sebisanya langsung mengonfirmasi kepada penjual.
“Karena ini real time, penjualnya juga bisa langsung mengecek dananya sudah masuk atau tidak. Jadi itu tipsnya,” katanya.
Lebih lanjut Glenn mengatakan, pihaknya sengaja mengundang mahasiswa pada pembukaan pekan QRIS tersebut, karena ia meyakini mahasiswa adalah organ penting dalam menciptakan ekosistem sistem pembayaran yang maju dan inklusif.
“Kunci keberhasilan ekosistem pembayaran itu dua. Yang pertama dari infrastruktur, misalnya terkait sinyal. Dan kedua adalah SDM. Tentu mahasiswa sebagai generasi muda, kita pengen melek digital, bukan hanya melek belanja-belanja terus di e-commerce, tapi juga bijak bertransaksi dan juga memahami risikonya,” ujarnya.
Kegiatan pembukaan pekan QRIS nasional di BI Sulteng dirangkai dengan sosialisasi akselerasi keuangan digital yang mencakup kebanksentralan, sosialisasi CBP Rupiah, serta sosialisasi QRIS dan pelindungan konsumen.
Besok, tanggal 12 Agustus, BI Sulteng juga akan melaunching penerapan QR Code di Bus Trans Donggala.
Puncaknya di tanggal 15 nanti, akan ada bazar UMKM dan fun run.