BANGGAI – Kelompok tani yang mendapat bimbingan dari PT. DSLNG mengaku sangat terbantu pengetahuan mereka dalam bercocok tanam hultikultura.

Dari sejumlah kelompok tani tersebut, salah satunya adalah Kelompok Tani Binautan yang berada di Kelurahan Sisipan, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai. Kelompok tani itu dinobatkan sebagai percontohan oleh PT. DSLNG, karena prestasinya.

Sejak terbentuk 04 Agustus 2017 lalu, kelompok tersebut memiliki anggota 20 orang yang seluruhnya merupakan anak-anak muda. Namun hingga saat ini hanya 15 yang aktif.

Ketua Kelompok Binautan, Iswanto, di kebun cabainya, belum lama ini, bercerita banyak tentang suka dan duka menjadi petani serta peran serta PT. DSLNG dalam memajukan perekonomian petani di daerah mereka.

Iswanto mengatakan, cabai jenis Gorontalo yang hampir dinikmati, justru terancam gagal panen, bukan karena pengelolaan atau perawatan yang kurang, tapi karena pengaruh cuaca yang sudah hampir sebulan tidak bersahabat dengan selera tanaman cabainya.

Sarjana Pertanian Universitas Tompotika itu menuturkan, sebagai pemuda yang lahir dan besar dari lingkungan pertanian, dirinya sangat sadar, jika ahir-akhir ini profesi pertanian sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda.

Berangkat dari situ, dirinya mengambil jurusan pertanian untuk jenjang Strata 1.

Selesai mendalami ilmu pertanian, ternyata belum cukup untuk membawa dirinya sebagai petani sukses. Beberapa kali dirinya mengalami kesulitan dalam pemasaran, kerugian tak jarang terjadi karena mainan tengkulak, ditambah lagi serangan hama dan modal pembibitan juga sangat sulit.

Maka pada tanggal 4 Agustus 2017, dirinya bersama anak muda lain membentuk satu kelompok tani. Dari situ mereka mendapat intervensi dari PT. DSLNG berupa pelatihan sakau dan holtikultura  yang dilaksanakan sebanyak 10 kali pertemuan.

“Kami anggota kelompok dilatih oleh DSLNG terkait bidang pertanian, termasuk juga cara pembuatan pupuk organik cair,” akunya.

Sejak itu, hasil pertanian mereka terus melonjak, tidak tanggung-tanggung dalam tiga bulan bisa menghasilkan 30 sampai 40 Kilogram, dari 700 pohon cabai yang mengisi lahan seluas 1 hektare.


Ketua kelompok tani Binautan, Iswanto saat memperlihatkan kualitas cabenya yang terancam gagal panen karena cuaca buruk, Selasa (05/06) (FOTO : MAL/YAMIN)

Merekapun tidak kesulitan lagi memasarkan, karena PT. DSLNG melalui program Corporate Sosial Responbility (CSR) sudah menyiapkan stocking point di Desa Kalolos, Kecamatan Kintom.

Stocking point merupakan lembaga kooperasi pertanian yang khusus membeli produksi petani binaan  atau mitra CSR PT. DSLNG.

“Bertani sangat menjanjikan secara ekonomi, asal serius menjalaninya,” katanya.

Ditemui terpisah, penanggung jawab stoking point koperasi pertanian “Momposaangu Tanga’nulipu” di Desa Kalolos Kecamatan Kintom, Nurdin Edan mengaku, keberadaan stoking point sangat membantu mereka. Meski dana koperasi diperoleh dari pinjaman BRI, tetapi pihak DSLNG yang memberikan jaminan.

“Modal kami dari BRI tapi yang menjamin dari Dongi Senoro,” ungkapnya.

Dia menguraikan, keuntungan koperasi didapat dari selisih penjualan harga. Misalnya, dibeli per kilo Rp20ribu, maka koperasi akan menjualnya Rp23 sampai Rp25ribu. Mereka memasarkan ke Provinsi Gorontalo.

“Kalau ditanya jumlah satu kali pengiriman itu tidak pasti, tapi pengiriman rutin kami lakukan dua hari, sesuai jadwal kapal ke Gorontalo. Pokoknya kalau sudah ada, biar hanya 200 Kg kita langsung kirim,” jelasnya.

Koperasi, kata dia, tidak untuk simpan pinjam, tapi fokus pada pembelian hasil pertanian anggota kelompok.

Sementara pengurus koperasi akan mendapat pundi-pundi sesuai mekanisme hasil usaha. Meski belum banyak, tapi menurutnya sudah lumayan untuk menambah kebutuhan rumah tangga.

Di tempat yang sama, Pendamping Marketing CSR dan Kelembagaan Koperasi Pertanian PT. DSLNG, Kristanto Ari, mengakui, sejauh ini dirinya melakukan pendampingan pada 32 kelompok pertanian holtikultura dari 38 desa di tiga kecamatan yang berada di ring satu perusahaan.

Selain melakukan pelatihan-pelatihan pada petani, sebelumnya juga pihaknya telah melaksanakan studi banding di Malang dan Salatiga. Hal itu bertujuan untuk memperkuat SDM petani.

“Dan saat ini kita sudah melihat hasilnya. Dalam sebulan, rata-rata stoking poin bisa mengirim 2 sampai 3 ton,” tandasnya. (YAMIN)