Berkawan karena Allah

oleh -
Ilustrasi (Youtube/Pawarta Islam)

Dalam kehidupan ini, kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada kepribadian seseorang. Bila kita berada pada lingkungan yang baik, maka kita juga akan ikut baik. Sebaliknya, bila berada dalam lingkungan yang buruk, kita pun bisa terpengaruh buruknya.

Dalam pergaulan, tentunya kita selalu berhubungan dengan teman. Ciri teman yang harus dijauhi menurut Islam, banyak jenisnya. Mengapa kita harus menjauhi teman? Hal tersebut bertujuan demi keselamatan di dunia dan akhirat.

Semua tahu, bahwa memiliki banyak teman merupakan hal yang mengembirakan. Tapi, tak semuanya dapat membawa ke arah yang lebih baik, karena ada beberapa yang justru merugikan.

Hubungan sosial negatif dapat menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan, stres bahkan menjerumuskan ke neraka. Hal tersebut akan terjadi bila perilaku mereka dapat membawa ke zona kesesatan, kerusakan akhlak serta moral.

Pertemanan dan pergaulan yang mengarah kepada keburukan semacam ini mesti dijauhi. Apalagi bila kita tak bisa memberi pengaruh. Coba perhatikan, orang yang tingkah lakunya kewanitaan, bergaya banci, ia terus bersifat seperti itu karena faktor pergaulan.

Adapula orang yang suka merokok atau minum miras, juga karena terpengaruh jelek dari pertemanan. Ada yang tidak mau kalah ingin punya pacar karena dipengaruhi oleh temannya yang saling bersaing memiliki cewek sebagai pasangan jalan.

Andai saja pergaulannya ada pada lingkungan yang bagus, tentu tak akan rusak seperti itu.

Kami teringat akan nasehat Malik bin Dinar di mana ia berkata, Setiap pertemanan yang tidak mendatangkan kebaikan apa-apa bagimu, maka jauhilah.”

Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari No. 2101 dan Muslim No. 2628).

Itulah makna pergaulan dalam Islam. Pertemanan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka pertemanan pun putus.

Pertemanan yang dijalin karena Allah adalah pertemanan yang dijalin untuk mendapatkan ridha Allah: teman berdakwah dan berjihad, saling mengingatkan soal kebenaran dan kesabaran, teman beramal saleh, saling bantu demi ketaatan pada Allah, dan kebaikan lainnya. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku.” (HR. Muslim).

Pertemanan yang dijalin karena Allah SWT akan melahirkan rasa saling mengasihi dan membantu, bahkan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat.

Selalu bergaul bersama orang-orang yang saleh dan memilih lingkungan pergaulan yang baik merupakan salah satu jalan untuk menjaga keimanan, mempertahankan akidah, dan senantiasa berada di jalan Allah SWT.

Jangan sampai kita memilih teman dan lingkungan yang tidak baik, karena lambat laun dikhawatirkan kita akan tertular atau paling tidak ikut terkena getahnya.

 Ada pepatah Arab yang mengatakan, “Akhlak yang buruk itu akan (cepat) menular. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)