Badodo, Cara Anak-Anak Donggala Mencari Uang Jajan

oleh -
Suasana di PPI Kelurahan Labuan Bajo, Kota Donggala saat kapal penangkap ikan sudah bersandar di pelabuhan. (FOTO: media.alkhairaat.id/Jamrin AB)

DONGGALA – Salah satu tempat favorit warga Kota Donggala untuk menghabiskan waktu jelang buka puasa adalah di PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan). Lokasinya mudah dijangkau, tepatnya di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Kota Donggala.

Selama bulan puasa ini, setiap sore selalu ramai dikunjungi warga, baik yang hanya sekadar ngabuburit ataupun datang berburu ikan harga murah.

Umumnya hasil tangkapan nelayan di sini adalah jenis cakalang berbagai ukuran. Bila hasil tangkapan melimpah, pemasarannya bukan saja di Palu, melainkan ke Gorontalo dan Makassar.

Di saat musim ikan itulah banyak anak-anak belasan tahun ikut membantu nelayan mengangkat ikan dari atas kapal ke dermaga. Orang Donggala menyebutnya “badodo”, artinya dapat jatah ikan dari hasil lelah.

BACA JUGA :  Ardi Kadir Usung Program Pengangkatan 2.000 Guru Honorer di Parimo Jika Terpilih di Pilkada
Ikan hasil tangkapan nelayan yang dijual di PPI Donggala. (FOTO: media.alkhairaat.id/Jamrin AB)

Dari hasil “badodo” itulah anak-anak menjualnya pada pengunjung yang kebetulan sedang berada di kawasan PPI. Biasanya, tak memakan waktu lama, ikan-ikan itu habis terbeli saking murahnya.

“Hampir sekali seminggu saya turun ke PPI bila ingin mencari ikan baru dan harganya murah dari anak-anak,” kata Sunarti, salah satu ibu rumah tangga, Senin (25/04).

Demikian halnya Nurvah, ia mengaku sering datang ke PPI bila musim ikan tiba, biasanya pada sore hari. Menurutnya, perbandingan harga di pasaran sangat jauh sekali. Biasanya di pasar, empat ekor ikan seharga Rp50 ribu, sedangkan ikan yang ditawarkan oleh anak-anak di PPI, cukup murah hanya dengan harga Rp20 ribu.

BACA JUGA :  KPU Touna Rakor Persiapan Pemungutan dan Perhitungan Suara

“Bagusnya lagi, selain ikan di sini murah juga pasti masih segar,” kata Nurvah.

Biasanya, ketika musim ikan, dalam sehari, terdapat lima hingga tujuh unit kapal ikan yang berlabuh di dermaga PPI. Kalau secara kebetulan banyak kapal bersamaan tiba, dipastikan harga ikan murah. Di saat itulah anak-anak ikut membantu di atas kapal.

Menariknya lagi, para nelayan atau pemilik kapal tidak pernah melarang anak-anak yang datang berkerumun untuk membantu. Sudah dianggap lumrah karena anak-anak itu juga tidak pernah memaksa minta upah atau menentukan berapa ikan yang harus diberikan. Para nelayan sendiri sudah mengerti berapa yang harus dibayar atas hasil keringat anak-anak itu.

BACA JUGA :  Forum CSR Diminta Kedepankan Transparansi

“Anak-anak di sini masih kecil umumnya sudah pintar mencari uang jajan sendiri dengan cara menjual ikan hasil pembagian dari nelayan. Selain itu mereka menyisihkan sebagian ikan untuk dibawa pulang ke rumah,” kata Rudy, salah satu warga Labuan Bajo.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay