PALU- Gubernur Sulteng Anwar Hafid saat ngopi bareng bersama wartawan dan seluruh OPD di jajaran Pemerintah Sulteng dengan tagline “Berani Ngopi”, Sabtu (10/5), di Tanaris Cafe, menyampaikan harapannya agar masyarakat terus mengkritisi pemerintah.

“Saya ini maunya tiap hari bisa dimaki-maki oleh masyarakat. Itu tanda mereka peduli dan mau kita berubah lebih baik,” ujarnya disambut tawa para para wartawan dan pimpinan OPD yang hadir.

Ia juga membeberkan proses job fit yang baru saja dilakukan oleh Pemprov Sulteng, yang langsung dia wawancarai sendiri. Salah satu contoh menarik ia ungkap saat mewawancarai pejabat Dinas Pertanian.

“Tidak pakai orang lain, pertanyaan saya begini untuk Dinas Pertanian, ‘Berapa ton beras kamu mampu?’. Terus dia bilang, ‘saya bisa Pak’. Saya bilang ‘kamu bisa 6 ton?’ dia bilang ‘siap pak’. Dalam hati saya ‘tidak mungkin’. Tapi saya senang kemampuan 6 ton itu semangatnya itu yang saya suka. Saya bilang ‘coba diatur bagaimana bisa pencapaian kita bisa mencapai 6 ton’. Ini contoh misalnya di bidang pertanian,” ujar Gubernur Sulteng Anwar Hafid bercerita.

Ia menyoroti dua dari 9 program Berani, seperti program ‘Berani Panen Raya’ dari Dinas Pertanian. Adapun ‘Berani Tangkap Banyak’ ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan.

Anwar menegaskan pentingnya memodernisasi alat tangkap nelayan. Ia menyebut kapal kecil sepanjang 6 meter yang selama ini dibagikan kepada nelayan tidak lagi relevan.

Ia meminta kepada Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mengumpulkan berapa banyak kelompok nelayan yang ada di Sulawesi Tengah. Buatkan kelompok nelayan itu per kelompok 20 nelayan. Kalau semua kelompok itu diberi perahu besar yang harganya 1 miliar sampai 1,5 miliar. Maka 1 kapal ini mampu melewati Teluk Tomini, Teluk Tolo, dan tidak akan ada lagi kapal-kapal masuk.

Menurutnya , rompon-rompon Sulteng hari ini hanya dilingkari oleh kapal-kapal dari luar. Itu pun bagi hasilnya pun dibagi tiga, satu buat Kapal Pelita, satu buat ABK dan satu milik yang punya rompon-rompon.

“Saya bilang sudah sudah kasih berhenti sudah memberikan kapal fiber yang cuma panjangnya 6 meter itu, tidak ada gunanya. Habis uang besok besok dikasih hilang dijual. Karena saat ini ikan sudah tidak ada lagi di 100 meter dari bibir pantai. Sudah harus jauh ke tengah. Kalau masih kasih kapal kecil, kapan mereka bisa ke tengah laut,” tegasnya.

Gubernur meminta kepada Dinas Kelautan untuk memproyeksikan untuk 5 tahun ke depan, berapa kita punya kelompok nelayan.

“Kalau satu ABK bisa dapat Rp700 ribu sekali melaut dua minggu, maka sebulan dia bisa mendapat 1,4 juta. Itu sudah cukup untuk keluar dari garis kemiskinan. Ini bukan mimpi, ini visi,” tegasnya.

Ia menargetkan, kalau dibuatkan 50 kapal yang biayanya Rp50 miliar, maka dalam 5 tahun 250 kapal melaut di Teluk Tomini, Teluk Tolong di selat Makassar.

“Dipastikan Sulteng bisa menjadi raja laut,” ujar gubernur Sulteng.

Reporter: Irma/Editor: Nanang