Bentrok dengan Warga Poboya, Polisi Diteriaki “Sambo”

oleh -
Suasana saat terjadi bentrok antara polisi dengan warga, di Poboya, tadi malam. (FOTO: SCREENSHOT)

PALU – Pihak keamanan menyatakan kondisi di Kelurahan Poboya aman dan kondusif, pascabentrok antara warga dengan aparat kepolisian, tadi malam.

Bentrok terjadi karena adanya pemblokiran Jalan Vatumoranga yang merupakan akses menuju perusahaan tambang PT. Citra Palu Minerals (CPM) yang dilakukan oleh warga.

“Situasi sementara aman dan kondusif,” kata Kapolresta Palu, Kombes Pol Barliansyah, Kamis (27/10).

Ia mengakui adanya satu warga yang terkena peluru karet dari aparat. Pria bernama Jaka (55) tersebut merupakan penambang asal Gorontalo.

Sebelum terjadi bentrok, kata dia, pihaknya telah melakukan komunikasi dengan Lurah Poboya Sri Rahayu dan Ketua Adat Moh Djafar guna melakukan negosiasi dengan pemuda Poboya yang melakukan  pemblokiran jalan.

“Usai negosiasi dan pemuda Poboya yang melakukan pemblokiran jalan, secara sukarela mereka melakukan pembongkaran sepetak tenda yang menutup jalan. Namun sepetak lagi masih berdiri kerangkanya namun sepanduk sudah diturunkan,” bebernya.

BACA JUGA :  UIN Datokarama Tingkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Penerima Beasiswa KIP

Selanjutnya, kata dia, pihak LBH Sulteng Agus Salim datang di perempatan Jalan Vatumoranga untuk menemui masyarakat dan tokoh pemuda. Setelah itu, spanduk berisikan tulisan protes warga dipasang kembali oleh pemuda di kerangka tenda.

Lalu, kata dia, Kapolsek Palu Timur AKP Stefanus Sanam berserta satu pleton Brimob tiba di TKP. Kapolsek memberikan imbauan terhadap masyarakat dan pemuda yang ada di perempatan untuk membuka akses jalan.

“Sebab karyawan perusahaan akan turun melalui jalan tersebut. Namun terjadi pro dan kontra. Sebagian pemuda setuju dan sebagian tidak setuju sehingga sempat terjadi adu argumentasi antara Agus Salim dengan Kapolsek Palu Timur,” tuturnya.

BACA JUGA :  PT Vale Ambil Peran di HUT ke-355 Sulsel

Ia mengatakan, Agus Salim meminta kepada Kapolsek Palu Timur untuk mengawal perwakilan warga menemui pihak perusahaan. Tapi Kapolsek tidak bersedia sehingga masyarakat dan pemuda tetap menolak untuk membuka blokir jalan dan melarang karyawan perusahaan melewati jalan tersebut.

Kemudian, kata dia, Hidayat Lamakarate dan tokoh masyarakat menemui massa yang ada di perempatan Jalan Vatumoranga, lalu mengundang massa untuk berbicara mencari solusi di rumah adat Kelurahan Poboya.

“Namun pertemuan tersebut tidak memberikan dampak positif,” ucapnya.

Selesai pertemuan massa, masyarakat dan pemuda kembali menuju perempatan Jalan Vatumoranga melakukan penutupan jalan dengan mendirikan tenda yang sebelumnya sudah dibongkar.

BACA JUGA :  JATAM Sulteng Ungkap Dampak Buruk Ekologis dari Aktivitas Tambang Ilegal

“Sehingga akses jalan menuju ke perusahaan tertutup total,” katanya.

Olehnya, kata dia, pihaknya melakukan penambahan pasukan dari Sabhara dan Brimob. Selaku pemimpin pasukan, dirinya pun kembali melakukan negosiasi agar warga mau membuka akses jalan.

“Tetapi permintaan kami tidak diindahkan. Bahkan pasukan diusur dan diteriaki “Sambo Pergi” sebutnya.

Pihaknya pun melakukan tindakan tegas membubarkan massa yang melakukan pemblokiran jalan. Namun hal itu mendapatkan perlawanan dari masyarakat. Bahkan, kata dia, sempat terjadi pelemparan batu dan bom molotov ke arah aparat.

“Aparat lalu menembakan gas air mata ke arah massa. Namun massa terus melakukan perlawanan, dengan melempar batu dan bom molotov,” pungkasnya.

Reporter : Ikram
Editor : Rifay