PALU – Belum hilang duka di Lombok dan Sulteng, letusan anak Gunung Krakatau yang memicu tsunami di Selat Sunda dan Lampung, kembali menjadi topik utama pembicaraan ummat.

Bencana yang datang silih berganti di negeri ini, dinilai sebagai teguran Allah Subhanahu Wa Taala (SWT) atas perilaku manusia yang gemar merusak alam dan menebar maksiat.

Untuk itu, Imam Daerah Front Pembela Islam (FPI) Sulteng, Habib Hasan Alhabsy, menyeru kepada ummat Islam di tanah air untuk bermuhasabah atau mengoreksi diri masing-masing.

Habib Hasan mengutip salah satu ayat Al-Quran Surah Al A’raaf  ayat 96 yang berbunyi “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

“Jadi penyebab bencana itu kita sendiri, ulah tangan manusia. Karena Allah juga menyatakan dalam ayat lain bahwa telah nampak kerusakan di darat dan di laut, akibat ulah tangan manusia,” katanya, Rabu (26/12).

Dosen Universitas Alkhairaat (Unisa) itu menyatakan, tradisi di akhir tahun, banyak yang beranggapan sebagai kesempatan untuk befoya-foya. Tradisi itu, menurutnya, harusnya diubah.

“Saat ini kita mengikuti tradisi yang dimurkai Allah SWT. Saatnya kita ummat Islam koreksi diri, bahwa ini bukan tradisi kita dan tingalkan. Tradisi kita ya dzikir, berharap keberkahan dari Allah SWT,” tekannya.

Lebih lanjut dia mengatakan, ummat manusia harus bertangung jawab atas bencana ini, karena manusialah yang mengundang musibah. Cara menolaknya, kata dia, dengan memohon dan meyerahkan semuanya kepada Allah SWT.

“Urus diri sendiri dulu, apakah sudah betul atau belum. Bagaimana shalat saya, sudah shalat di masjid, bagaimana zakat dan puasa saya. Jangan suka membongkar aib seseorang. Akumulasi dari dosa-dosa sehingga musibah silih berganti di negeri kita. Kita berharap bencana tidak datang lagi” pungkasnya.  (NANANG IP)