Benang Merah Bom Makassar: Bukan MIT Poso?

oleh -
Lukman S Tahir

PASCA pengeboman dipintu masuk Gereja Katedral, Makassar, beberapa hari yang lalu, berbagai pihak mendesak aparat Kepolisian serta stakeholder lainnya untuk segera mengungkap motif, serta dalang di balik tragedi terkutuk itu.

Pengamat Terorisme asal Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Lukman Thahir, menduga kuat yang berada di balik peristiwa itu adalah sel-sel kecil dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), bekas pimpinan Aman Abdurrahman, yang saat ini telah divonis hukuman mati akibat seluruh rentetan teror yang diciptakannya, di dalam maupun luar negeri.

Lukman menjelaskan, apa yang dikatakannya itu bukan secara serta merta menuding. bahwa JAD dalang dibalik peristiwa Makassar, Ahad Pagi.

“Saya tidak langsung menuduh JAD di situ ya, tapi melihat pola pergerakannya itu lebih mengarah ke kelompok JAD itu,” ujarnya kepada Mediaalkhairaat.id, di Kota Palu, Selasa (30/3).

Dia menerangkan, dari data-data ciri pola pergerakan sampai berujung pada pengeboman memiliki kemiripan, dengan apa yang selama ini dilakukan oleh kelompok JAD. Seperti bom Suarabaya, maupun bom yang ada di Jolo, Filipina, beberapa tahun silam.

Bahkan, menurut mantan Sekjen PB Alkhairaat itu, kelompok JAD yang sebelumnya sudah tertangkap di Makassar, pada Januari yang lalu, memiliki hubungan pembantuan pendanaan terkait dengan pengeboman gereja Katedral di Jolo, Filipina, yang belakangan diketahui pelakunya juga adalah perempuan.

“Sehingga ada jaringannya ini di Makassar dan Filipin. Sehingga diduga kuat kelompok JAD yang bermain,” katanya.

Selain itu, dia mengungkapkan, ciri yang mendekatkan peristiwa Makassar bersama kelompok JAD, adalah mengincar Gereja Katedral dan menggunakan perempuan. maupun anggota keluarga sebagai salah satu pelaku langsung untuk melakukan bom bunuh diri.

Karenanya, analisa akademisi IAIN Palu itu, benang merah peristiwa terkutuk di Gereja Katedral Makassar, lekat dengan kelompok JAD dan tidak memiliki keterkaitan apapun dengan kelompok lainnya.

Pun lebih jauh, dugaan Lukman, aksi tersebut bermotifkan balas dendam, pasca penangkapan puluhan terduga pelaku teror di Makassar, Januari lalu.

Bukan Ulah MIT Poso

Terpisah, Mantan Pelaku tindak pidana Terorisme Nasir Abbas, menegaskan bahwa peristiwa di Gereja Katedral, Makassar, memiliki keterkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Nasir Abbas menerangkan, jika langkah JAD ini ada kaitannya dengan MIT yang sama-sama mendukung ISIS. Otomatis JAD di Sulawesi juga membela MIT.

“Saat ini MIT tertekan dengan operasi aparat. Maka musuh MIT juga musuh JAD Sulawesi. Tapi ini juga sekaligus didorong rasa kebencian dan ingin membalas (dendam akibat konflik) di Poso dan Sulsel yaitu pada umat kristiani dan polisi,” urai Nasir.

Sementara Lukman Thahir, mengaku bersebrang pendapat dengan Nasir Abbas. Ia menyayangkan, Nasir justru mengkaitkan pengeboman itu dengan kelompok MIT di Poso, pimpinan Santoso alias Abu Wardah (Almarhum) yang kini dipegang kendali Ali Kalora Cs.

“Saya kurang sependapat itu, tidak ada hubungannya bom Makassar dengan MIT Poso itu,” tegasnya.

Menurut Lukman, terkecuali hal itu dilakukan dengan paksaan-paksaan untuk menghubungkan dengan MIT Poso, kemungkinannya pun akan kecil. Meski begitu, Lukman tak menyangkal jika awal dari MIT merupakan salah satu sel dari Jamaah Islamiah (JI).

Namun dalam perjalanannya, MIT Poso kemudian memproklamirkan diri berbaiat kepada ISIS, seperti halnya dilakukan oleh Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba’asyir dan JAD.

“Dan MIT ini lebih mengarah ke JAT nya. Persoalan ini kalau kita hubung-hubungkan bisa sebenarnya, karena memang kelompok JAD dulu pernah memabantu MIT dari segi pendanaan tapi sudah cukup lama, namun dalam kasus Makassar ini saya tidak melihat benang merah dengan MIT,” rambahnya.

Pun, penilaian Lukman, kelompok MIT telah mengalami pelemahan dari beberapa aspek. Di antaranya adalah pendanaan maupun logistik, sebab terus menerus terjepit posisinya, karena pengejaran yang dilakukan personel gabungan dalam Operasi Madago Raya.

Reporter: FALDI
Editor: NANANG