SIGI – Unit Pelayan Teknis Daerah (UPTD) Perbibitan Ternak Sidera pada Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) terus memacu mendorong peningkatan populasi hewan ternak, melalui aksi perubahan pelatihan PIM III Angkatan VI.
Salah satu aksi yang dilakukan instansi yang berkedudukan di Kabupaten Sigi ini adalah, melakukan pemberdayaan kelompok ternak dalam peningkatan kualitas semen beku, dan produktifitas bibit ternak jenis Sapi Donggala melalui Inseminasi Buatan (IB).
“Kami di UPTD Sidera terus melakukan aksi perubahan dengan mengenalkan dan sekaligus mengajarkan sistem semen beku kepada kelompok ternak yang berasal dari Kabupaten Sigi dan Donggala. Karena sampel kita ambil dari Kabupaten Sigi dan Donggala,” ucap Kepala UPTD Perbibitan Sidera Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulteng, Nur Hasan A. Modjo, di Palu, Ahad (24/04).
Pria yang akrab disapa Hasan ini mengatakan, hewan ternak lokal Sulteng khususnya Sapi Donggala yang populiasinya tertingginya di Kabupaten Donggala dan Lembah Palu sudah diakui secara nasional. Bahkan populasinya terbanyak kedua setelah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kata dia, dengan memanfaatkan teknologi plasma nutfah. UPTD pembibitan sidera terus meningkatkan kualitas bibit Sapi Donggala dengan menggunakan sistem semen beku. Hal ini dilakukan, karena lebih menguntungkan dibandingkan dengan proses kawin alami.
“Ternak sapi yang dibibitkan berasal dari luar daerah. Menggunakan alat Gan IB atau alat semprot sperma beku, petugas pengawas mutu bibit ternak mengambil bibit ternak yang nantinya akan diseprotkan ke Sapi Donggala betina yang akan menjadi wadah penyemprotan bibit setelah melalui beberapa proses yang cukup panjang di laboratorium IB,” terangnya.
Keunggulan teknologi ini menurut Hasan, jumlah spermanya lebih banyak walau cuman satu kali disposisi dipastikan sukses. Selain lebih cepat, teknologi semen beku kualitasnya jauh lebih bagus.
“Tentunya dalam upaya pembibitan hewan ternak, baik pembibitan maupun pengiriman hewan ternak untuk penyembelihan, kita bisa mendorong peningkatan kebutuhan stok pangan dari daging sapi,” jelasnya.
Hasan mengaku, pengetahuan transfer embrio ini sukses dilakukan Sulteng berkat bimbingan dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
Dipenghujung, menjelaskan beberapa tujuan dari sistem IB pada ternak. Pertama, memperbaiki mutu genetic ternak. Kedua, tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ke tempat yang dibutuhkan, sehingga bisa mengurani biaya. Tiga, mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama. Empat, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur dan Lima, mencegah penularan atau penyebaran penyakit kelamin hewan ternak.
Kemudian, beberapa keuntungan dari IB adalah, menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, bisa mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina. Bahkan, peralatan dan teknologi yang baik spermatozoga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. (YAMIN)