Bikin Film secara Otodidak, Noel dkk Tanpa Script

oleh -
Para Lakon utama Santukaka kiri Fano Kumpa, Julio Penyami, Fincent Megea, Kristin Tadene, Noel Tampale dan Rivan Sanggalea, berpose bersama didampingi Odin Ardiman Bone dan Nolvin Tampale, di Torau Resort, Sabtu (19/3). Foto : Ikram

SIAPA sangka dari coba-coba membuat konten komedi anak-anak, kini Youtube dan video Facebook Santukaka Channel banyak yang suka. Channel ini bisa menembus 163 ribu subscriber sejak bergabung 2017 dan telah mengunggah 137 video berisi cerita kehidupan masyarakat, dibalut dalam komedi cerdas serta mengedukasi dengan pesan-pesan moral, bahkan menginspirasi.

Noel Tampale, Rivan Sanggalea, Kristin Tadene, Fano Kumpa, Julio Penyami, Fincent Megea. Mereka merupakan lakon utama Santukaka Channel.

Banyak mengira, Santukaka ini berasal dari Provinsi Manado atau Gorontalo, ketika mendengar logat mereka dalam setiap peran, ada kemiripan bahasa.

Namun tak terduga tokoh Santukaka dan konten kreatornya semua berasal dari Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso yang mata pencaharian penduduknya umumnya bertani dan berkebun.

Pada Milad (ulang tahun) PT. Media Alkhairaat Online ke-2 yang diadakan di Torau Resort, secara khusus redaksi Media Alkhairaat mengundang para pemeran dan tim kreatif Santukaka dalam bingkai silaturahmi, sambil bincang-bincang santai.

Kreator Santukaka Channel, Ordianus Tampale menjelaskan, bahkan sebanyak dua puluh video pertama Santukaka yang diunggah dalam sehari, viewersnya bisa mecapai 1 juta.

“Hal inilah salahsatu jadi pelecut semangat tim kreator untuk terus mencari ide-ide cerita kehidupan terjadi dimasyarakat,” sebut Ordi turut didampingi rekannya Erdin Ardiman Bone, Herson Mapesu dan Nolvin Tampale, di Torau Resort, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, Sabtu (19/3) sore.

Ia menceritakan, sebelum adanya Santukaka Channel, mereka tim kreator memiliki membuat YouTube bernama Pamona Channel, berisi konten cerita lokal dijadikan film komedi pendek. Tapi terhenti, terbentur biaya akomodasi lebih besar, tidak sebanding dari hasil pendapatan didapatkan dari YouTube dan Facebook.

BACA JUGA :  Program Rehab Rekon Pascabencana di Palu Dinyatakan Selesai

Bahkan kata Ordi, sebelum terjun sebagai youtuber, dirinya bekerja sebagai karyawan perusahaan rokok Djarum. Dari sini pula awal ia membuat konten video berupa mobil yang membawa muatan besar untuk diunggah ke Channel YouTube.

Menurutnya, konten video ini tidak viral tetapi viewernya (pemirsa) bisa mencapai satu juta dalam seminggu. Dan tak berselang ada email dari YouTube pemberitahuan untuk monetisasi sebab telah memenuhi syarat.

Tidak mengetahui apa maksud dari monetisasi, Ordi lalu melakukan searching mencari tahu maksud dari monetisasi di Google. Setelah itu baru ia mendapatkan pengetahuan, bahwa dari konten YouTube diunggah bisa menghasilkan uang.

Ia lalu memutuskan berhenti bekerja sebagai karyawan swasta dan fokus menggarap YouTube. Namun dalam perjalanan selama dua tahun belum bisa mendapatkan hasil, tak membuat Ordi pantang menyerah. Ia terus berupaya meningkatkan kualitas konten vidionya dengan belajar otodidak dari hasil menonton tutorial dan bacaan lainnya.

BACA JUGA :  Pesan Duka untuk Wakil Rakyat

“Jadi semua tim kreator ini belajar secara otodidak,” ucap Ordi.

Untuk dapat membuat satu konten video, mereka bisa menghabiskan waktu satu sampai tiga jam.

“Tergantung dari mood anak-anak, kalau syuting mereka ada niat bermain pasti lama pembuatan konten videonya,” kata Ordi.

Ia menjelaskan, dalam sehari mereka berupaya membuat satu konten video dan mencari ide dari memantau media sosial seperti facebook, tik-tok atau youtube kejadian viral di tengah masyarakat.

Dalam pembuatan videonyapun anak-anak tidak mengunakan script atau arahan serta latihan khusus.

BACA JUGA :  Bom Waktu Tambang Ilegal Poboya

“Kami cuma mengarahkan, sampaikan seperti ini dan itu, terserah anak-anak mau menyampaikan dalam bahasanya sendiri,” jelasnya.

Dan hasilnya, kini Santukaka sudah bisa mendapatkan pendapatan dari YouTube dan Facebook. Uang hasil itu dibagi kepada anak-anak. Bagi mereka ini bukan gaji, tapi penghasilan atas jerih payah dari anak-anak itu sendiri.

Untuk manajemen keuangan, kata Ordi, maka dibentuklah satu kelompok arisan bulanan. Misalnya bulan ini diterima mama Fincent, bulan berikutnya yang lain.

Selain itu uang dari hasil YouTube dan Facebook inipun sekarang sedang dibangun satu buah studio. Bila nantinya anak-anak dalam perkembangannya bisa menyanyi, maka mereka akan menggarap channel menyanyi dengan bekerjasama dengan pencipta lagu muda.

Ini juga menurutnya, melihat dari perbandingan penurunan jumlah penonton, tidak sebanyak ketika awal, sebab banyak juga youtuber-youtuber baru bermunculan, apalagi bila sudah menyandang artis.

“Sedang dibangun sekarang studionya, untuk rencana ke depan,” ungkapnya.

Reporter: IKRAM
Editor: NANANG