OLEH; KPK Untad*
“Oligarki merupakan pemerintahan yang dipimpin oleh minoritas. “Oligarki merupakan minoritas yang mengontrol mayoritas. Di Indonesia sendiri, konteks Oligarki mendekati Political Dynasty,” (Eko Priyo Purnomo, MRes.,Ph.D.)
Menjelang priode kedua kepemimpinan Basir Cyio, benih oligarki mulai disemai. Beliau, dengan kekuasaan yang dimilikinya memberi hadiah perjalanan luar negeri kepada hampir semua atau mayoritas anggota senat universitas. Sudah pasti secara tidak langsung mengandung maksud menanamkan budi baik kepada sebagian besar anggota senat. Bahkan para anggota senat yang pernah menjadi pesaingnya pada pemilihan rektor sebelumnya, mendapat hadiah perjalanan keluar negeri dengan biaya dari BLU universitas.
Dengan gaya bergaul yang lembut, hiasan senyum, bahasa merendah diri, berhasil menanamkan kesan baik kepada sebagian besar anggota senat. Inilah modal besar bagi dirinya untuk mempersiapkan dukungan senat dalam pemilihan rektor priode kedua. Terbukti memang dukungan dari anggota senat sangat jauh dari pesaingnya, dan ia berhasil mempertahankan kedudukannya sebagai rektor Untad kedua kalinya.
***
Kelihaian untuk mengendalikan kekuatan senat menggunakan berbagai cara. Langkah paling strategis ialah mempengaruhi pemilihan dekan. Lazim di setiap pemilihan dekan, dipanggilnya orang orang yang dia percaya di Fakultas tertentu untuk bisa mempengaruhi sidang senat supaya memilih orang yang dia kehendaki menjadi dekan. Tentu saja dengan cara ini, memenangkan pengaruhnya pada hampir sebagian besar pemilihan dekan.
Dari sanalah sesungguhnya niat berkuasa dapat diwujudkan. Oleh karena itu, semua proses mempersiapkan pemilihan anggota senat universitas menjadi mudah, karena tugas ini dikerjakan oleh para dekan yang telah memikul hutang budi.
Sisi lain, cara menguasai senat dilakukan dalam gaya politik praktis. Agak vulgar, gaya politik terkesan sifat sadisnya. Pemberhentian Prof Marhawaty Mappatoba dari tugas Guru Besar, lebih bernuansa politik dari pada kompetensi akademik. Secara struktural yang berwenang menghukum guru besar itu ialah menteri. Basir Cyio melakukannya bahkan lebih cenderung unprosudural. Dia menyuruh wakil Rektor II menandatangani surat pemberhentian fungsional guru besar.
Sebelumnya, dia membentuk dewan kode etik untuk bersidang mengadili Prof Marhawaty, lalu memutuskannya bersalah. Namun pada akhirnya Dia ketakutan sendiri karena tekanan dari jaksa, lalu segera menyuruh warek II terbitkan surat pengaktifan kembali Prof Marhawaty Kendati, pembawa surat tergopoh gopoh pagi buta harus segara menyelip surat dibawah pintu rumah Prof Marhawaty.
Ini proyek politik dibuat untuk memberi kesan kepada anggota senat tentang sifat sadisnya bila dilawan. Seolah mengirim peringatan kepada siapapun warga kampus yang melawan dia, akan mengalami nasib yang sama yaitu bakal kehilangan jabatan. Proyek politik ini cukup berhasil menekan psikologis sebagian besar guru besar dan pejabat struktural agar tidak melakukan perlawanan kepada, kendati ada kebijakan dia yang bertentangan dengan peraturan.
***
Sisi lain, secara kebetulan hadirnya orang yang tidak dikenal melalui media sosial, membuat status bullying: mengancam, memaki, menghina, kepada orang orang yang dianggap melawan kebijakan atau kepentingan. Tindakan nyata dialami Prof Marhawaty. Mobilnya dirusak oleh orang yang tidak dikenal, tetapi kemudian entah ada kaitannya atau tidak, beberapa orang datang ke rumah Prof Marhawaty memohon maaf atas tindakan mereka. Bullying juga dialami Dr Nur Sangaji. Rumahnya di lempar malam hari. Kejadiannya bersusul setelah siang harinya menghadap Rektor untuk menyampaikan laporan kasus-kasus di Untad saat ini dan kebijakan masa lalu.
Gaya premanisme ini tersuguhkan sedemikian rupa, entah dikendalikan siapa, tetapi bisa kebetulan sasarannya orang orang yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan kampus. Gaya premanisme ini, juga memberi efek menakutkan kepada anggota senat, shingga sebagian mereka tidak mampu bicara secara kritis. Padahal, diam diam mereka tidak suka prilaku dan kebijakan pimpinan universitas.
Strategi lain yang disiapkan untuk menguasai senat yaitu berupaya menggunakan kesempatan dalam perubahan statuta universitas. Salah satu perubahan penting yang diinginkan Basir Cyio di senat yaitu menambah pasal yang memberi hak suara rektor 35 % dari suara senat fakultas dalam pemilihan dekan.
Perubahan ini mendapat perlawanan dari anggota senat. Namun, tanpa melalui pleno senat, pasal krusial ini tetap diusulkan dalam statuta untuk ditandatangani sebagai keputusan Menteri. Maka terbitlah statuta Untad No 8 Tahun 2015 tanggal 22 April di dalamnya terdapat pasal yang memberikan hak 35 % suara rektor dalam pemilihan dekan. Dengan ketentuan ini, Dia tidak bekerja berat untuk menancapkan kekuasaannya di fakultas. Target yang ingin dicapai ialah fakultas sebagai wadah rekrutmen anggota senat universitas.
Dapat dikatakan berhasil memainkan strategi untuk tetap mengontrol dan mengendalikan senat. Dua kali menjadi rektor adalah buah kelihaian menggunakan posisi kekuasannya untuk alat pressur. Memberi previlige, menghukum aparatur, mendapat keuntungan dari pressur media sosial, menjadikannya sebagai sosok yang paling ditakuti di kampus Untad. Bahkan para guru besar itu “tiup kuku” bila melawan.
***
Untuk menaikan bobot kegentaran orang kampus terutama pejabat dan anggota senat, ia lihai juga memainkan image “clean government dan good governance” dengan prilaku yang unik. Setiap kali selesai pelantikan, langsung bersilaturahmi dengan Kajati dan Kapolda. Tentu, tidak salah. Tapi, tidak lazim sebagai perilaku kaum ilmuan. Orang kampus diperdengarkan informasi jika silaturahim itu ditindaklanjuti kerjasama untuk pengawasan proyek-proyek dan pengelolaan keuangan di kampus.
Strategi yang sangat manjur membuat orang orang kampus sejujur malaikat sekalipun, tidak mau cari tau lagi apa yang mereka buat. Tapi apa dikata, sial tak dapat diterka, buah silaturrahim yang manis itu ternyata berujung pahit. Temuan Dewan Pengawas Untad tentang adanya berbagai kasus pembayaran BLU bertentangan dengan aturan. Dugaan angka penyelewengan mencapai puluhan milyar. Khalayak kampus dan masyarakat pun kaget bukan main. Apakah benar Kejaksaan dan Kepolisian dilibatkan kerjasama dalam pengawasan ? Rasanya tidak mungkin.
Ambisi berkuasa semakin tampak ketika ngotot merebut Ketua Senat Universitas. Meskipun statuta tidak membolehkan senat dijabat lebih dua kali. Ia telah menjabat tiga kali menjadi anggota senat, dan sekarang menjabat anggota senat ke empat kalinya. Tidak pernah ada kasus seperti ini di Untad, kecuali dilakukan Basir Cyio selama hampir 20 tahun (senat). Ia praktis mengendalikan kekuasaan di kampus hampir 15 tahun. Tetapi, melihat gelagatnya ngotot menjadi Ketua Senat, terus ambisi berkuasa hingga azab Allah menghentikan ambisinya.
Saat ini, dia mengendalikan kebijakan universitas bahkan diakui sendiri oleh rektor sekarang. Telah menjadi rahasia umum bahwa rektor dibawah tekanan, termasuk membuat kebijakan yang secara nyata merugikan universitas.
Kekuasaan dikendalikan dari senat. Ekspresi ketakutan yang kemudian menjelma menjadi ketaatan pejabat, guru besar, membuat semacam lingkaran kekuasaan yang mengabdi pada kepentingan. Basir Cyio bukan rektor, tetapi lebih berkuasa dari rektor. Seperti layaknya sebuah organisasi kekuasaan, dia berada dalam hirarki puncak, sementara rektor dan pejabat struktural dikendalikan oleh garis laten komando langsung. Istilah orang orang Untad “ada perintah dari lantai 3”, karena Basir Cyio berkantor di gedung rektorat lantai 3.
***
Mengendalikan kekuasaan oleh suatu kelompok kecil atau kekuatan tertentu dari luar struktur formal kekuasaan lazim disebut Oligarki. Para ahli memberi konotasi oligarki sebagai satu sisi dimana sekelompok orang merambah dan mengendalikan kekuasan untuk menyedot kekayaan dengan memainkan kekuasaan. Mereka melanggengkan peran dalam kekuasaan supaya kekayaan didalamnya dapat dieksploitasi.
Kita dapat memperkuat gejala gejala sepak terjang oligarki kampus pada bentuk bentuk intervensi laten terhadap kebijakan rektor, pemberian previlige kepada oknum oknum untuk menduduki jabatan tertentu yang berlawanan dengan aturan, adanya subjek interes yang memegang kendali proyek proyek dan anggaran, mematikan suara demokrasi di senat.
Demikian terlihat cara cara kelompok yang bercokol di senat untuk memainkan mesin oligarki kampus. Banyak mudhorat oligarki kampus ini; eksploitasi surplus dari proyek dan penerimaan lain, terabaikannya sumberdaya potensial di kalangan para ilmuan, pembungkaman kebebasan berpikir insan akademik, imoralitas pejabat di lingkungan oligarki, dan lain lain tindakan negatif. Karena itu oligarki tidak boleh hidup di kampus yang menjunjung tinggi kualitas keilmuan dan moralitas.
Sementara itu, kita mengenal baik titik lemah oligarki itu ialah bahwa mereka akan sulit bergerak pada mekanisme formal yang mengatur menejmen birokrasi. Oligarki dapat dilumpuhkan dengan keterbukaan menejmen dan penerapan aturan yang ketat. Dengan menerjang sisi kelemahan ini, kekuatan apapun di balik oligarki itu akan tumbang.
*KPK Untad adalah sekelompok orang yang terdiri dari akademisi yang peduli dan prihatin atas kekisruhan di kampus Untad