PALU – Hasil penilitian dari Institut Tehnologi Bandung (ITB) membuktikan bahwa batu alam yang berasal dari Palu, tingkat kekerasannya di atas batu terbaik di dunia, yaitu negara Italia.
“Hasil penilitian pakar ITB, kandungan senyawa yang ada dalam batu gajah di Kota Palu, tingkat kekerasanya melebihi dari batu yang berada di Negara Italia. Seperti diketahui, Italia merupakan negara yang dikenal memiliki speseifikasi batu terbaik di dunia,” ungkap Wakil Wali (Wawali) Kota Palu, Sigit Purnomo Said, saat Welcome Dinner AICIS, Selasa (18/09) malam, di salah satu hotel di Kota Palu.
Selain itu, kata dia, dari hasil pengkajian, batu alam atau batu gajah yang berada di wilayah pegunungan bagian barat Kota Palu, juga tidak akan habis persediaannya, hingga dua ratus tahun kedepan. Hal tersebut juga merupakan salah satu potensi alam yang memiliki nilai tersendiri, serta perlu dikembangkan.
Namun yang menjadi persoalan, kata dia, Palu belum memiliki sumber daya manusia dalam memanfaatkan, serta mengolah batu tersebut. Olehnya, pihaknya telah mengirimkan beberapa orang ke Magelang untuk dilakukan pembinaan, mulai dari cara memotong batu hingga mengolahnya menjadi batu alam.
Pentolan Band Ungu itu menambahkan, bahwa saat ini Palu sedang berbenah diri dalam mewujudkan salah satu visi misinya, yaitu menjadikan Palu sebagai kita destinasi wisata. Beberapa sarana penunjang telah dikerjakan, seperti di wilayah bukit Salena.
Pada ketinggian kurang lebih seribu feet di atas permukaan laut tersebut, akan dibangun spot tourism paralayang, sepeda gunung dan flyng fox sepanjang 2,4 km melebihi negara Jepang yang terpanjang di dunia saat ini.
Dana yang dipergunakan untuk pembuatan wahana itu menurut Wawali, bersumber dari APBD Kota Palu sendiri, tanpa meminta bantuan dari pemerintah pusat.
“Untuk paralayang terbagi dalam dua kelas, yaitu kategori 450 dan 650. Hal tersebut juga sedang dalam tahap pengurusan di Kementerian terkait, untuk memintakan standar klarifikasi dari paralayang,” tuturnya.
Di tempat lain, lanjut Pasha, juga disediakan wahana hiburan, seperti outbond di Uwe Ntumbu serta hutan kota Kaombona.
Mewakili Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, dia meminta maaf kepada tamu undangan yang berasal dari negara lain, apabila gambaran Palu belum sesempurna daerah lain. Hal itu disebabkan masih dalam tahap renovasi di segala bidang, mulai dari jalan hingga drainase.
Dia berharap adanya dukungan dari masyarakat dalam merealisasikan Palu sebagai kota jasa, berbudaya dan beradat yang berlandaskan iman dan taqwa. (HAMID)