PALU- Hasan Bahasyuan Institute (HBI) melalui band The Mangge, meremake tujuh lagu legendaris karya maestro Hasan Bahasyuan. Band ini akan mengaransemen dan merekam kembali lagu tersebut dalam format lebih modern dan dapat diterima oleh generasi muda.

Tujuh lagu di aransemen di antaranya Palu Ngataku, Randa Ntovea, Kaili Kana Kutora, Putri Balantak, Posisani, Poiri Ngoviana, Salandoa.

Project rekaman, didukung Eksekutif Produser Fathur Razaq Anwar, diperkirakan menyita waktu sekitar satu bulan, proses rekamannya berada di Kota Palu dan luar Kota Palu dimulai pada Kamis (12/6) mendatang.

Direktur HBI Zulfikar Usman mengatakan, artribute Hasan Bahasyuan tidak semata-mata sebuah konser atau rekaman musik untuk didengarkan semata menjadi warisan kemudian hari.

“Kami menggagas ini untuk menjadi paket promosi pariwisata dan diploma budaya di Sulawesi tengah,” kata Zul panggilan akrabnya dalam konferensi pers A(R)tribute Kick Off 7 Lagu Hasan Bahasyuan digelar di Renjana Kampung Nelayan Cafe, Selasa (10/6).

Zul mengatakan, sebenarnya rencana ada sekitar 15 lagu, hanya saja di mulai dengan tujuh lagu, sudah mulai di garap aransemenya oleh The Mangge.

Zul menambahkan, karya-karya Hasan Bahasyuan sudah di catatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk mendapatkan perlindungan, ada 60 karya, 51 lagu, dan sekitar 11 tarian.

Olehnya Zul mengingatkan kepada siapapun membawakan lagu atau karya seseorang harus menyebutkan penciptanya.

“Karena dalam karya, itu ada namanya hak moral,” tegasnya.

Eksekutif Produser Fathur Razaq Anwar mengatakan, dukungan terhadap karya Hasan Bahasyuan berawal dari penampilan band The Mangge membawakan lagu Randa Ntovea, dilengkapi lirik dan artinya pada acara Sulteng Nambaso.

“Dari sinilah dirinya lalu mencari di sportify, tapi tidak menemukan lagu tersebut. Padahal kita punya lagu artinya bagus,” kata Fathur masih punya pertalian keluarga dari ibu Sry Nirwanty Bahasyuan.

Fathur menambahkan, dirinya lalu mengkomunikasikan dan mengusulkan agar lagu-lagu Hasan Bahasyaun diaransemen kembali oleh The Mangge dan dirinya mendukung sepenuhnya.

“Karena kita tahu Sulteng memiliki kekayaan Intelektual, tapi masih kurang perhatian,” kata Fathur merupakan putra dari gubernur Sulteng Anwar Hafid.

Leader Project Mahfudz Mahdang mengatakan, kedepan akan ada video klip, dan peluncuran pada event-event serta tur ke daerah-daerah.

“Harapannya tidak hanya lagu-lagu Kaili akan di garap, juga lagu daerah lain,” katanya.

Salahsatu personel The Mangge, Riyan Fauzi mengatakan, dalam aransemen lagu -lagu Hasan Bahasyuan juga melibatkan vokalis-vokalis dan musisi dari luar The Mangge.

Sedangkan untuk genre musik kata Rian, secara masif lebih pada pop, namun unsur keroncong, latin, balad juga ada mengingat notasi-notasi karya Hasan Bahasyuan lebih universal.

“Secara genre kita lebih universal,” kata gitaris The Mangge.

Personel The Mangge terdiri dari Sisca Dama dan Ai Imaji sebagai vokalis, Riyan Panintjo sebagai gitaris, Rezha Respati sebagai bassis, Kristian Kawahe dan Syeren Bawias sebagai kibis, Zulkarnaen Ilyas sebagai drummer, dan Carey Virgiawan sebagai penyintesis (synthesizer). 

Reporter: IKRAM