DONGGALA – Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, menggelar seminar kajian “Perencanaan Pengembangan Kawasan Perkotaan Donggala Berbasis Heritage dan Kearifan Lokal” di Aula Kantor Bappeda, Kamis (22/10) kemarin.
Seminar tersebut menghadirkan narasumber Tim Ahli Perencana dari Fakultas Tehnik Untas, Muhammad Nadjid, Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Donggala, Rustam Efendi dengan moderator Ardin Thayib (kepala Balitbangda Donggala).
Pada kesempatan itu, Nadjid menawarkan sebuah konsep untuk pengembangan Kota Donggala sebagai ibu kota kabupaten, sekaligus sebuah kota yang maju.
Ada tiga hal yang dipaparkan. Pertama tentang potensi dari sudut kepentingan ekonomi yang perlu dikembangkan secara bertahap melalui perencanaan percepatan dan revitalisasi kawasan kota sebagai pengembangan ekonomi.
“Kemudian kondisi fisik spasial dan fungsi perkotaan yang mengalami perubahan pertumbuhan sebagai kawasan strategi kabupaten yang memunculkan beberapa permasalahan pembangunannya. Dan ketiga, perlu dilakukan analisis menyeluruh yang komprehensif rasionalistik,” tuturnya.
Secara karakteristik, lanjut dia, Donggala sebagai kota, tapi masih didominasi wajah perdesaan secara fisik yang belum mencerminkan ikon sebuah kota.
“Bila orang datang dari Sulbar dan melewati Donggala, belum ada penanda yang jelas bahwa sudah berada di Donggala,” katanya.
Maka, kata dia, perlunya disiapkan beberapa agenda perencanaan ke depan disiapkan, terutama mengoneksikan jalan yang ada di simpang tiga di Kelurahan Ganti antara akses yang menghubungkan Kota Palu ke Donggala dan jalan ke Bandara Lapaloang ke depan.
Sesuai tata ruang yang direncanakan, saat ini sedang disiapkan sebuah bandara baru bertaraf internasional yang akan dibangun di Donggala. tepatnya di atas Lapaloang, bagian dari Kelurahan Maleni dan Boneoge, Kecamatan Banawa.
Sementara itu, Fathurahman Mansur, mantan Dosen Fakultas Teknik Untad, mengatakan, ke depan Lapaloang sebagai bandara internasional itu sangat prospektif.
“Sebab Bandara Mutiara yang ada di Palu itu tidak layak dipertahankan dalam jangka waktu panjang. Karena lambat atau cepat, yang namanya gempa bumi dan likuifsaksi itu akan terulang dan Bandara Mutiara itu pasti terancam, sehingga alternatifnya harus dibangun yang baru sebagai pengganti,” ungkap Fathurahman.
Merespon gagasan perencanaan itu, Sekkab Donggala, Rustam Efendi sangat mendukung demi kemajuan Donggala sebagai kota secara fisik maupun sebagai ibu kota kabupaten.
Sebab, kata dia, dengan latar belakang sejarah panjang berabad-abad, sudah sangat tepat kalau kota ini kembali jadi pusat peradaban yang memiliki daya tarik seperti di masa lampau yang tentunya dengan daya tarik kekinian.
“Donggala sebagai ibu kota kabupaten yang dulu memiliki daya tarik cukup besar dan secara administrasi telah melahirkan beberapa kabupaten. Karena itu jangan sampai induk ini tidak bisa maju seperti dahulu, sehingga ke depan harus kembali mengalami kejayaan tentunya dengan daya potensi yang ada saat ini,” harap Rustam.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay