PALU – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Republik Indonesia (RI), Abdul Halim Iskandar, bersama rombongan melakukan kunjungan kerja ke Universitas Tadulako (Untad), Sabtu (16/1) siang.
Kunjungan ini dalam rangka implementasi kerja sama program Kementerian Desa PDTT dengan perguruan tinggi, dalam rangka menyukseskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Kunjungan ini dilaksanakan di Aula Fakultas Kedokteran Untad, dihadiri oleh Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP, para wakil rektor, ketua senat, ketua dewan pertimbangan, dekan, wakil dekan, serta segenap civitas akademika Untad, dengan tetap menaati protokol pencegahan Covid -19.
Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP, dalam sambutannya mengatakan, kunjungan ini menjadi berkah bagi Untad di awal 2021 ini. Karena tahun ini Menteri Desa PDTT merupakan menteri pertama yang berkunjung di Untad.
“Ini adalah awal tahun yang baik, karena Menteri desa pertama yang datang di Untad,” ucapnya.
Kata Rekor, mengomentari urgensi nomenklatur kementerian desa. Kementerian ini memiliki program yang bernuansa religius. Olehnya, Mahfudz mengaku sangat mengapresiasi pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terurtama Nahdatul Ulama (NU) yang sangat tepat menempatkan posisi kementerian itu pada bapak Abdul Halim Iskandar yang dinilai mampu menjalankan program sesuai dengan cita-cita luhur PKB, yang akan memberdayakan dan menghapus kemiskinan di pedesaan.
“Kami menilai tidak salah kementerian ini menempatkan Gus Halim, beliau ini memiliki inovasi besar untuk membangun desa tertinggal,” katanya.
Rektor menambahkan, Sulteng masih memiliki daerah tertinggal dan hampir seluruh daerah transmigrasi. Di sinilah kata dia, peran vital Untad untuk bekerjasama dengan Kementerian Desa PDTT untuk membangun dari desa.
“Dari kerjasama ini diharapkan ada program pengembangan desa yang bisa memberdayakan mahasiswa-mahasiswa kita,” terangnya.
Sementata itu, Menteri Desa PDTT, Abdul Halim Iskandar, dalam sambutannya mengatakan tugas membangun desa mustahil dilakukan sendirian oleh kementerian. Karena desa merupakan entitas kecil dalam pemerintahan yang dibangun berdasarkan keterikatan budaya. yang membuat desa memiliki karakteristik budaya yang spesifik.
“Untuk membangun desa, harus bertumpu pada akar budaya di desa tersebut,” katanya.
Menurut Halim, Keterlibatan perguruan tinggi sangat penting dalam rangka pembangunan desa. Hal ini menurut dia, bisa dimulai dari konsepsi dan implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Desa.
“Saya tersanjung bertemu teman-teman di Tadulako, bertemu para pakar, akademisi. Karena cita-cita saya yang belum terwujud. Saya bercita-cita menjadi dosen dan profesor, duduk sama profesor itu rasanya sejuk, cita-cita saya begitu. Karena banyak ilmu yang didapatkan,” akunya.
Adapun model kerjasama perguruan tinggi dan Kementerian Desa PDTT, dalam payung kampus merdeka untuk desa, di bidang pendidikan ada merdeka belajar perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa, merdeka belajar BUMDes/ma, merdeka belajar pemenuhan 18 tujuan SDGs Desa, serta S1 praktis bagi kepala desa dan pengurus BUMDes. Kemudian dalam bidang penelitian misalnya, ada penelitian kuantitatif dan kualitatif berbasis data PDTT, pengembangan metode penelitian desa, serta kerja sama jurnal penelitian. (YAMIN)