Bahagiakan Orang Lain

oleh -
Ilustrasi. (Youtube/Yufid.TV - Pengajian & Ceramah Islam)

Ingat ingatlah akan apa yang dikatakan Nabi Yusuf kepada saudaranya yang sedang sedih berduka? Beliau berkata “jangan berduka cita.” Ingat ingatlah  akan apa yang disampaikan oleh Nabi Syu’aib kepada Nabi Musa yang sedang ketakutan karena dikejar-kejar orang yang memusuhinya?

Beliau menyampaikan “janganlah takut.” Ingatkah akan apa yang didakwahkan Nabi Muhammad kepada Abu Bakar yang sedang bersedih saat di dalam gua Tsur? Beliau bersabda “jangan bersedih.”

Memasukkan rasa tenang dan bahagia ke dalam hati orang lain merupakan tradisi para nabi. Lalu bagaimanakah dengan perlakuan kita kepada orang lain? Apakah membuat mereka tenang atau justru membuat mereka merasa semakin gelisah?

Memberikan pengharapan bahagia, memotivasi orang lain untuk tetap sabar dan tabah menjalani hidup serta membimbingnya menuju pintu bahagia adalah  warisan mulia orang-orang mulia yang putih bersih hatinya. Sekarang tanyakan kepada diri kita apakah kita mau berada dalam satu rentetan gerbong dengan gerbong orang mulia ataukah tidak?

Jangan runtuhkan kepercayaan diri seseorang, jangan robohkan optimisme mereka, jangan bakar harapan mereka dan jangan musnahkan impian mereka. Mereka layak berbahagia sebagaimana kita berbahagia. Saling berpegang tanganlah untuk bahagia bersama.

Untuk  menjadi orang besar tak mesti harus terkenal. Ada banyak rasul yang namanya tak disebutkan dalam al-Qur’an, tapi mereka tetap berpangkat rasul, utusan Allah, yang memiliki derajat mulia di dunia dan mulia di akhirat.

Kalau begitu, tak perlu sakit hati jika kita tak dikenal orang. Yang terpenting adalah kita tetap berbuat baik dan mempersembahkan yang terbaik kepada segenap makhluk Allah.

Berbahagialan mereka yang kehidupannya menebarkan rahmat, bukan menyebarkan laknat. Bergembiralah mereka yang menanamkan cinta pada alam sekitar sehingga menuai cinta dari makhluk sekitar. Bersukarialah mereka yang meriangsukakan hati orang lain sehingga makhluk langit ikut tersenyum dan mendoakan mereka.

Mungkin ada yang berkata: “Sedihnya saya tak punya modal apapun untuk membahagiakan orang lain. Andai saya kaya, andai saya kuat, dan andai saya pandai.” Ketahuilah bahwa modal utama dan pertama adalah hati. Ya, hati yang tulus untuk ikut senang dengan senangnya orang lain, ikut bersedih dengan kesedihan orang lain.

Bersihkan hati dari iri hati dan dengki, sucikan hati dari prasangka-prasangka negatif, lalu hiasi hati dengan kemampuan berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Sungguh, kebahagiaan kita seringkali berjalinkelindan dengan membahagiakannya kita kepada orang lain. Coleklah orang yang di sebelahAnda, tersenyumlah dan ucapkan “semoga sukses bahagia ya.” Lihat responnya dan rasakan getar hati Anda.

Allah bukan mencintai orang yang hafal qur’an tapi kemudian menyombongkan diri dan ‘ujub, bukan pula mencintai orang yang rajin puasa sunah tapi menolong kesusahan orang lain, mereka tak sudi.

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia lain. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)

Ingatlah sabda  Rasulullah: “Mudahkan orang lain, jangan dipersulit. Bahagiakan orang lain, jangan ditakut-takuti.” Ringkas dan singkat sekali kalimat ini namun berdaya dahsyat menjadikan hidup kita mudah dan bahagia. Bagaimana keadaan hidup kita banyak bergantung pada apa yang kita lakukan pada keadaan hidup orang lain. Demikianlah, semoga  kita mau mencoba praktikkan ajaran Rasulullah ini. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)