LUWUK – Yayasan Babasal Mombasa membahas isu literasi, sastra, pangan dan ekologi, juga isu kekerasan seksual. Kegiatan itu melibatkan kurang lebih 20 penulis, baik yang hadir secara daring dan luring.
Pembahasan isu-isu tersebut dikemas dalam berbagai sesi diskusi buku, bincang kepenulisan, bedah buku dan diskusi ketahanan pangan yang termasuk dalam rangkaian agenda Festival Sastra Banggai tautan keenam dengan mengusung tema Mengungkai Acak, Menyimpul Padu yang berlangsung sejak Kamis sampai dengan Ahad (24-27 November 2022).
Di antara beberapa sesi bertemakan isu ekologi, sesi bedah buku Melawan Nafsu Merusak Bumi, Sabtu (26/11) bersama AS Rosyid, penulis asal lombok yang fokus isu agama, budaya, kemanusiaan, dan etika bumi.
Dalam sesinya, AS Rosyid memaparkan anjuran menjaga bumi dari perspektif agama Islam sebagaimana yang ia tuangkan dalam buku Melawan Nafsu Merusak Bumi.
“Jadi sebenarnya Islam sudah mengajarkan kita menjaga bumi melalui perilaku yang dicontohkan Nabi juga sahabatnya. Nabi itu meminta para sahabat untuk tidak boros menggunakan air ketika berwudhu, bahkan jika berwudhu di sungai. Karena di sungai itu, ada hak selain manusia, ada hak hewan, hak tumbuhan,” papar Rosyid.
Rosyid melanjutkan mengenai etika terhadap hewan yang akan dikurban. Hewan-hewan tersebut, kata dia, harus diperlakukan dengan baik, bahkan jika dia (hewan) itu akan disembelih.
“Tidak boleh mengasah parang di depan sapi yang akan disembelih. Coba bayangkan jika itu kita, kita akan kesakitan dua kali. Sapi juga mesti disembelih langsung mati, dan dimanfaatkan semua tubuhnya, mulai dari daging, tulang, kulit, kepala, semuanya. Jangan menyia-nyiakan hewan itu yang sudah berkorban,” lanjutnya.
Ama Achmad, Direktur Festival Sastra Banggai mengungkapkan bahwa Festival Sastra Banggai adalah kerja kemanusiaan untuk literasi, kesusastraan, kebudayaan dan pendidikan.
“Kami sadar betul, kerja kerja literasi, kesusatraan, dan kebudayaan adalah kerja yang tak pernah selesai. Bagi kami, simpul, jejaring yang saling mendukung ini merupakan simpul energi untuk tidak pernah berhenti begerak,” katanya.
Menurutnya, Festival Sastra Banggai, khususnya Yayasan Babasal Mombasa berusaha untuk mengakomodir distribusi pengetahuan bagi masyarakat Banggai bersaudara.
“FSB adalah ruang pertukaran gagasan dan ruang belajar yang terbuka bagi semua orang,” ungkap Ama.
Reporter : Iker
Editor : Rifay